Taruna ATKP Makassar Tewas Dianiaya Senior, Begini Penjelasan BPSDM Kementerian Perhubungan
Menurut Ketua Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug ini, selama ini taruna di APTK Makassar tidak mempunyai wadah untuk melaporkan adanya
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kementerian Perhubungan bakal mengevaluasi Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar, pasca tewasnya taruna tingkat satu, Aldama Putra (19) yang dianiaya oleh seniornya, Muh Rusdi (21), Minggu tiga hari lalu.
Hal itu disampaikan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementrian Perhubungan, Novyanto Widadi saat ditemui di pekuburan TNI AU Padangalla, Maros, tempat Aldama dimakamkan, Rabu (6/2/2019).
"Evaluasi pasti dilakukan, untuk evaluasi keselamatan (taruna) tentunya dibutuhkan alat, alat itu adalah sistem yaitu sistem pelaporan," kata Novyanto Widadi.
Menurut Ketua Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug ini, selama ini taruna di APTK Makassar tidak mempunyai wadah untuk melaporkan adanya ancaman untuk keselamatan dirinya.
"Mereka (taruna) itu tidak punya alat untuk melaporkan bahwa mereka itu terancam, dianiaya. Jadi mungkin harusnya seorang taruna Wa (whatsApp ke direktur bahwa ia terancam, jadi ada sistem pelaporan," tegasnya.
Selama ini, pihaknya mengaku telah memberlakukan sistem pelaporan tertulis itu. Namun, belum berlaku maksimal.
"Sudah diterapkan, namanya hazard report. Hazard itu apa, yaitu bahaya, bahaya kepada siapa, bahaya kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan," ujarnya.
Kehadiran sistem pelaporan menurut Novyanto Widadi akan lebih efektif dalam menjaga keamanan taruna dibanding dengan pemasangan kamera CCTV di setiap sudut ruangan.
Pasalnya, kamera pengintai CCTV, kata Noviyanto Widadi, masih memberi celah bagi oknum taruna yang hendak melakukan tindak kekerasan.
Ia pun berencana akan melakukan pembinaan karakter yang lebih intens kepada para taruna dan taruni agar peristiwa yang dialami Aldama tidak terulang kembali.
"Camera CCTV itu masih bisa ditipu, kan sisa dimatikan saja, ada pengasuh sembunyi saja. Tapi kalau pembinaan karakter itu tidak (bisa dimanipulasi) karena melekat, jadi perubahan yang kita promosikan disini ialah perubahan karakter," jelasnya.
Pasalnya, karakter taruna dari hasil pantauannya sejauh ini, menurut Novyanto, telah mengalami pergeseran. Khususnya jiwa sosial atau kepedulian terhadap sesama taruna.
"Saya yakin pada saat (Aldama) dipindahkan (ke suatu ruangan) ada yang melihat, tetapi kenapa tidak ada yang melapor, itu namanya karakter yang keliru, tutur Novyanto.
Aldama merupakan putra tunggal pasangan Pelda Daniel dan Mariaty meninggal dunia di usia 19 tahun.