Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Rocky Gerung Kritik Judul Tema ILC Tadi Malam, Sebut Presiden Hoax soal Pembebasan Ustadz Ba'asyir

Rasa-rasanya tak Pengamat Politik Rocky Gerung terus menuai sensasi atas komentar-komentarnya.

Editor: Rasni
Twitter
Rocky Gerung Kritik Judul Tema ILC Tadi Malam, Sebut Presiden Hoax soal Pembebasan Ustadz Ba'asyir 

Rocky Gerung Kritik Judul Tema ILC Tadi Malam, Sebut Presiden Hoax soal Pembebasan Ustadz Ba'asyir

TRIBUN-TIMUR.COM - Rasa-rasanya tak Pengamat politik Rocky Gerung terus menuai sensasi atas komentar-komentarnya. 

Alih-alih bahas soal krusial konten diskusi, Rocky Gerung awalnya malah kritik terkait judul di Indonesia Lawyers Club ( ILC) TV One, Selasa (29/1/2019), yang ia rasa kurang menggigit.

Hal ini dikutip TribunWow.com dari talkshow ILC berjudul "Ustadz Ba'asyir: Bebaaas... Tidaak!" di tvOne, Selasa (29/1/2019) malam.

Diketahui Abu Bakar Ba'asyir divonis penjara selama 15 tahun oleh majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pada 16 Juni 2011 lalu.

Ulama 80 tahun itu diperkarakan terlibat dalam pelatihan militer kelompok teroris di Aceh.

Baca: Serang Rekan Conor McGregor, Izin Bertarung Khabib Nurmagedov Dicabut dari UFC

Baca: Yamashita Gabung Latihan Bersama Persib: Ini Profil dan Statusnya Bersama Maung Bandung

Baca: 26 Sekolah Rusak Akibat Banjir di Jeneponto, Mereka Butuh Ini

Pada Jumat (18/1/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengungkapkan akan membebaskan Ustaz Ba'asyir dengan alasan kemanusiaan.

Namun pernyataan Jokowi dikoreksi Menkopolhukam Wiranto, pada Senin (21/1/2019), yang menyatakan Ustaz Ba'asyir belum penuhi syarat bebas.

Atas hal itu, menurut Rocky Gerung, judul "Ustadz Ba'asyir: Bebaaas... Tidaak!" kurang bernuansa ILC.

Rocky Gerung pun beranggapan judul yang dirilis ILC kurang menggigit.

"Nah judul ILC kali ini, Ustaz Abu Bakar Ba'asyir bebas atau tidak, itu kurang ILC, kurang menggigit," ujar Rocky yang saat itu melalui video call di ILC.

Roky Gerung mengusulkan judul yang berkaitan dengan hoaks atau kabar bohong.

"Mestinya, Ustaz Ba'asyir hoaks atau bukan," ujarnya.

Sebelumnya, Rocky Gerung menuturkan ada kekacauan yang terjadi saat presiden dikoreksi bawahannya.

"Polemik itu memperlihatkan ada kekacauan di dapur kekuasaan, berantakan dapurnya. Ada pepatah bilang begini 'too many cooks spoil the broth' terlalu banyak tukang masak, membuat sup itu tumpah berantakan, ya itu yang terjadi sekarang," ungkap Rocky Gerung.

Menurut Rocky, Jokowi yang ikut mengucapkan Abu Bakar Ba'asyir bebas juga melakukan hoaks, atau membuat berita bohong.

"Saya menganggap yang disebutkan presiden kemarin adalah hoaks, jadi presiden sekali lagi bikin hoaks, dia dibantah oleh bawahannya dan itu tidak elok sebetulnya," ulasnya.

Ia pun menyinggung turut menyinggung Kapolri Jenderal Muhammad Tito Karnavian yang sempat mengoreksi pernyataan Jokowi perihal Ustaz Abu Bakar Ba'asyir yang akan dibebaskan.

"Anda bayangkan bahwa Pak Tito menerangkan secara lengkap, urutan peristiwa, konsekuensi diplomasi, karena soal korupsi ini adalah investasi internasional," ungkap Rocky.

"Seharusnya Pak Tito yang mengucapkan pikiran pemerintah, bukan presiden, supaya kalo bikin suatu kesalahan, presiden masih bisa koreksi," sambungnya.

Baca: 178 Aparat Pengelola Keuangan Desa dan Kecamatan Lutra Dilatih Siskeudes Versi 2.0

Baca: Jembatan Putus, Berenang Lewati Sungai, 90 Siswa Ponpes Darul Ihsan Munte Jeneponto Terisolir

Baca: Berusaha Kabur, Pelaku Pencurian di Soppeng Dilumpuhkan Timah Panas

Baca: Artis Rini Febrianti Populer di Google, Siapa Lagi Inisial AC, TP, BS, ML dan FG Saksi Vanessa Angel

Rocky Gerung pun menyayangkan presiden yang harus dikoreksi oleh bawahannya.

"Ini ngaconya, presiden ambil alih sesuatu, sehingga dia akhirnya dikoreksi oleh anak buahnya, karena enggak mungkin lagi, ada yang di atas presiden untuk mengoreksi lagi hoaks yang dibuat oleh presiden," kata Rocky Gerung.

Apa yang salah, menurut Rocky Gerung adalah presiden terlalu gegabah mengabarkan yang belum jelas keputusannya.

"Ini soal kegagalan memperlihatkan dignity dan bonafiditas dari presiden sebagai kepala negara, itu soal yang pertama."

"Sehingga orang melihat presiden selalu ingin curi start, melakukan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dia lakukan karena tergesa-gesa," ulasnya.

Rocky Gerung turut memberikan contoh lain, seperti pembagian sertifikat yang menurutnya, presiden tidak perlu turun tangan untuk membagikan pun rakyat akan dapat.

"Itu sama saja presiden yang membagikan sertifikat, yang sebetulnya didiemin pun rakyat akan dapat sertifikat, tapi tunggu momentum, presiden datang jadi seolah-olah itu kasih sayang negara, padahal itu hak warga negara, bukan kasih sayang soal negara," ujarnya.

Rocky Gerung garuk kepala saat Politisi Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) Mardani Ali Sera terlibat adu argumen dengan Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP).
Rocky Gerung garuk kepala saat Politisi Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) Mardani Ali Sera terlibat adu argumen dengan Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP). (Youtube Indonesia Lawyers Club)

Rocky Gerung kembali menelisik, menurutnya, ada motif politik setelah dilakukan analisis atas polemik tersebut.

"Demikian juga Ustaz Abu Bakar Ba'asyir, yang sudah dari ya yang diterangkan itu, 2017 ditunda, supaya presiden yang mengucapkan itu."

"Apa di belakang itu, setelah semua alasan kita telisir, yang tertinggal adalah motif politik. Yaitu menambal elektabilitas, yang di dalam pikiran publik itu sinopsis yang ditangkap."

"Mau dibantah dengan cara apapun, presiden ingin menunggangi suara islam, karena statistik menunjukkan, pemilu adalah tergantung pada suara islam, jadi kita tidak perlu menganalisis sesuatu yang kasat mata sebetulnya, yaitu bahwa jumlah suara untuk memperoleh kekuasaan berkurang karena cara memasaknya keliru."

Penuturan Jokowi soal Ustaz Ba'asyir

Diberitakan sebelumnya, Jokowi menyebutkan menyutujui pembebasan Abu Bakar Ba'asyir yang belum menjalani seluruh masa hukumannya karena alasan kemanusiaan, dikutip dari Kompas.com.

Seperti yang diketahui, Abu Bakar Ba'asyir divonis penjara selama 15 tahun oleh majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pada 16 Juni 2011 lalu.

Ulama 80 tahun itu terbukti terlibat dalam pelatihan militer kelompok teroris di Aceh.

Hal itu diungkapkan setelah meninjau Pondok Pesantren Darul Arqam, di Garut, Jumat (18/1/2019).

"Ya yang pertama memang alasan kemanusiaan, artinya Beliau kan sudah sepuh (tua). Ya pertimbangannya pertimbangan kemanusiaan. Karena sudah sepuh. Termasuk ya tadi kondisi kesehatan," kata Jokowi.

Jokowi mengakui, keputusannya untuk menyetujui pembebasan Baasyir ini adalah hasil diskusi dari Kapolri Tito Karnavian, Menko Polhukam Wiranto, pakar-pakar, dan terakhir masukan dari Ketua Umum PPP Yusril Ihza Mahendra.

Kemenpolkumham Mengoreksi

Namun, dilansir oleh Kompas.com, pada Senin (21/1/2019), Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan, pemerintah masih mempertimbangkan rencana pembebasan Abu Bakar Ba'asyir dari sejumlah aspek.

"(Pembebasan Ba'asyir) masih perlu dipertimbangkan dari aspek-aspek lainnya. Seperti aspek ideologi Pancasila, NKRI, hukum dan lain sebagainya," kata Wiranto seprti yang dikutip dari Kompas.com.

Wiranto memaparkan, presiden sangat memahami permintaan keluarga terkait pembebasan Abu Bakar Ba'asyir.

Abu Bakar Ba'asyir memang sudah berusia senja. Selain itu, kesehatan Abu Bakar Ba'asyir juga kerap menurun hingga beberapa kali harus dirujuk ke rumah sakit.

"Oleh karena itu, Presiden memerintahkan kepada pejabat terkait untuk segera melakukan kajian secara lebih mendalam dan komprehensif guna merespons permintaan tersebut," papar Wiranto.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (25/1/2019).
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (25/1/2019). ((KOMPAS.com/Devina Halim))

ILC TV One Terbaru, Kok Rocky Gerung Garuk Kepala saat Debat Panas Mardani Ali Sera-Kapitra Ampera?

Seperti biasa, program Indonesia Lawyers Club ( ILC) TV One kembali bikin heboh publik. 

Episode Selasa (29/1/2019), pihaknya mengangkat tema "Ustadz Ba'asyir: Bebaaas... Tidaak!"

Hadir pengamat Politik Rocky Gerung, Mahfud MD, dan banyak lainnya. 

Namun salah satu yang berkesan saat debat panas antara Politisi Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) Mardani Ali Sera dengan Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP) Kapitra Ampera.

Awalnya, Mardani mendapatkan kesempatan untuk berbicara terkait tema.

Baca: Ayu Dewi Ungkap Cerita di Balik Lagu Dara, Benarkah Dibuat Ariel Noah untuk Luna Maya?

Baca: Ahmad Dhani Banyak Fans di Lapas, Fahri Hamzah Usul Dipindahkan ke Mako Brimob Seperti Kasus Ahok

Baca: Atas Nama Appi-Cicu, Yuzril Ihza Mahendra Gugat UU Pilkada ke MK, Apa Hubungannya Danny Pomanto?

Ia menilai bahwa pemain utama dalam polemik yang disebutnya sebagai sandiwara, adalah Presiden Joko Widodo ( Jokowi).

"Karena urutannya jelas. Sementara penderita adalah Ustaz Abu Bakar Ba'asyir. Kasihan sekali bang Karni ( Pembawa acara ILC Karni Ilyas). Sudah umur 80, sedang dijadikan komoditi karena ada satu hal," paparnya.

Mardani memaparkan, ia menyampaikan demikian karena seperti diketahui, tidak ada pembebasan bersyarat yang diajukan pihak Abu Bakar Ba'asyir.

Tak terima dengan pernyataan itu, Kapitra memaparkan bahwa sesuai dengan apa yang disampaikan Kuasa Hukum Ba'asyir, Mahendradatta, pada 2017 pihak Ba'asyir pernah mengajukan permohonan demi kemanusiaan.

Namun, Mardani mengatakan bahwa pernyataan Mahendradatta itu adalah unsur kemanusiaan, bukan terkait pembebasan bersyarat.

Kapitra terus memaparkan pandangannya.

Menurut Kapitra, Mardani memaparkan sesuatu yang tendensius.

Namun, tampak Mardani tidak memedulikannya.

"Nanti monggo (silakan) ditanggapi," kata Mardani yang ingin melanjutkan dialognya.

Kapitra tampak mengalah dan membiarkan Mardani kembali berargumen.

Mardani memaparkan, kasus Ba'asyir ini tidak bisa dilepaskan dari unsur politik.

"Saya politisi, tetapi tidak ingin mempolitisasi. Padahal dengan jelas, sudah dikatakan (dalam pemberitaan) TKN menyampaikan Ba'asyir bebas sebagai bukti Jokowi cinta ulama," paparnya.

 

Baca: Tim Call Center 11 Parepare Selamatkan Tukang Tersengat Listrik

Baca: Bersama Wakapolda Sulsel, Deng Ical Melayat Ke Mertua Akbar Faizal

Baca: Kontrak Guy Junior di PSM Makassar Hanya Sebentar, Semusim?

Baca: Korban Banjir Sapanang Jeneponto Butuh Kasur dan Alat Dapur

Mardani meyakini bahwa Jokowi adalah aktor utama dalam polemik ini,

Mardani juga berpendapat bahwa saat ini Abu Bakar Ba'asyir sedang dipolitisasi untuk menarik simpati.

"Ketika respon publik kuat, maka berubah, tiba-tiba, kasihan ya, pak Wiranto (Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan atau Menko Polhukam) mengatakan presiden jangan grasa-grusu," ujarnya.

"Menurut saya, secara etika hal ini tidak terlalu tepat. Karena bagaimanapun menteri adalah pembantu presiden," imbuhnya.

Mardani berpendapat, pernyataan itu disampaikan Wiranto karena ketidaktahuan sang Menko Polhukam itu terkait proses pembebasan Ba'asyir.

"Nanti kalau mau didetailkan, akar masalahnya bukan karena pihak-pihak yang ada di sini. Ini memang pak Yusril (Kuasa Hukum Capres Petahana) ujug-ujug membuat proses ini," ungkapnya.

"Ketika respon publik, itu tidak mudah, seperti biasa pak Jokowi berbalik badan," kata Mardani lagi.

 

Saat memaparkannya, tampak beberapa detik layar memperlihatkan pengamat politik Rocky Gerung melalui saluran teleconference.

Layar kembali pada Mardani yang memaparkan pandangannya terkait tema ILC ini.

Mardani mengungkapkan sejumlah contoh terkait Jokowi yang 'berbalik badan' pada sejumlah kebijakan yang mendapatkan respon besar dari publik.

Baca: Jadwal Siaran Langsung Liga Inggris Malam Ini Live di RCTI dan MNCTV: Liverpool vs Leicester City

Baca: Bunyi Letusan Mirip Papporo Kembali Terdengar 3 Kali di Pompaniki Luwu Utara

Baca: Ketika Menpan RB Syafruddin Siap Pimpin PSSI, Ahok Justru Sebut Nama Ini Lebih Pantas

Baca: Satlantas Polres Selayar Rilis DVD Lagu Milenial Cinta Lalu Lintas

Menganggap bahwa apa yang disampaikan itu tak sesuai tema, Kapitra lantas melayangkan protesnya.

"Ini nggak ada lagi yang mau dijual, ditarik-tarik lagi kebelakang (kasus terdahulu)," kata Kapitra.

Mereka pun tampak saling berbicara bersahutan.

Layar kembali memperlihatkan Rocky Gerung yang terhubung via teleconverence.

Rocky Gerung tampak menyunggingkan senyum saat memerhatikan Mardani dan Kapitra berdebat.

Namun, Rocky Gerung tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Rocky Gerung garuk kepala saat Politisi Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) Mardani Ali Sera terlibat adu argumen dengan Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP).
Rocky Gerung garuk kepala saat Politisi Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) Mardani Ali Sera terlibat adu argumen dengan Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP). (Youtube Indonesia Lawyers Club)

Keduanya masih tampak berdebat mengenai tidak sesuainya pernyataan Mardani dengan tema ILC, Selasa malam.

Karni Ilyas pun mencoba mengakhiri perdebatan itu.

"Iya, iya. Dibatasi masalah ini saja," ucap Karni Ilyas menengahi.

Simak video lengkapnya di bawah ini:

Subscribe untuk Lebih dekat dengan tribun-timur.com di Youtube:

Jangan lupa follow akun instagram tribun-timur.com

(

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved