Tribun Wiki
TRIBUNWIKI: Jadi Nama Jalan di Makassar, Ini Profil Pahlawan Abdullah Daeng Sirua
Abdullah Daeng Sirua lahir pada tahun 1922 dari pasangan Yusuf Daeng Ngawing dan Yalus Daeng Te'ne.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
Pada masa penjajahan, rumah Abdullah lah yang dijadikan markas dan tempat untuk makanan serta obat-obatan bagi para pejuang.
Lawan Belanda dan Jepang
Alhasil, Abdullah tumbuh menjadi sosok pejuang dan petarung yang kuat dan gigih untuk melawan sekutu Belanda.
Belanda akhirnya menjadikannya target utama, hingga akhirnya Abdullah ditangkap selama setahun dan ditembak mati. Namun, nasib baik berpihak padanya, konon ketika ditembak, tembakan tersebut tak mengenai tubuh Abdullah.
Saat Jepang mulai menjajaki Makassar pada tahun 1942, Belanda meninggalkan Indonesia. Jepang kemudian melanjutkan penjajahan Belanda.
Abdullah bergabung organisasi laskar pejuang, Kesatuan Harimau Indonesia (HI), dan Keris Muda untuk menyerang Jepang.
Abdullah berjuang bersama tokoh-tokoh Sulawesi Selatan, diantaranya Wolter Monginsidi, Emmy Saelan, Raden Endang, dan Siti Mulyati.
Mereka berjuang di area wilayah Takalar, Maros, Barru, sampai ke Malino, Gowa.
Selama berjuang, Abdulllah selalu ditangkap dan disiksa.
Bahkan ibu jari Abdullah diikat dan diseret dengan mobil.
Tidak hanya itu, ia bahkan dipukul hingga digantung.
Abdullah sempat dikabarkan meninggal dunia. Masyarakat kemudian membentuk gerakan untuk melakukan penyergapan kepada antek-antek KNIL.
Disinilah terjadi perlawanan besar-besaran dari Masyarakat.
Jadi Penceramah
Setelah penjajahan Jepang berakhir, dan para penjajah meninggalakan kota Daeng pada tahun 1949. Abdullah menjadi penceramah dan mengajar agam di berbagai sekolah rakyat. Ia dikenal sebagai da'i Kota Makassar.