Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banjir Jeneponto

Bahas Banjir Jeneponto, Pengurus KKT Minta Perhatian Pemerintah Pusat 'Banjirnya Sangat Parah'

Banjir yang melanda Kabupaten Jeneponto dan sejumlah daerah di Sulawesi Selatan menyisakan duka mendalam bagi korban terdampak.

Penulis: Ikbal Nurkarim | Editor: Mansur AM
TRIBUN TIMUR
Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Turatea (KKT) berkunjung ke redaksi Tribun Timur Jl Cenderawasih, Makassar 

Annas GS Karaeng Jalling (59), warga Turatea berharap pemerintah pusat dan provinsi segara mengatasi kendala mobilitas warga pedalaman Jeneponto.

“Semoga kedatangan Pak JK dan 3 menterinya di Sulsel, juga melirik dampak banjir di Jeneponto,” kata Annas, yang sejak awal pekan lalu, sudah berada di Jeneponto, memantau dan menyalurkan bantuan bencana ke warga.

Baca: Senyum Jokowi Diapit Yenny Wahid dan Khofifah Indar Parawansa Saya Muslimat NU Saya Dukung Jokowi

Baca: Momen Rocky Gerung & Prabowo Subianto Salaman Lihat Senyumannya, Netizen: Presiden Akal Sehat RI

Baca: Setujukah Anda Jika Ahok Maju Ketua Umum PSSI? Ini 5 Bursa Calon Ketum Setelah Letjen Edy Out

Baca: Gagal Cetak Gol, Ini Komentar Bos PSM Makassar Soal Penampilan Eero Markkanen

Baca: Gosip Ada Reino Barack di Antara Mereka, Bandingkan Rumah Syahrini dan Luna Maya Lihat Kolam Renang

Jembatan ini adalah akses utama warga di 3 desa perkebunan hortikultura di daerah ketinggian 520 hingga 710 meter dari permukaan laut (Mdpl) dari dan ke ibukota kabupaten di Jeneponto.

Jembatan yan dibangun PT Wira Karya tahun 1995 ini juga jadi akses alternatif jalan kabupaten yang menhubungkan warga Jeneponto dan pedalaman kabupaten Gowa di utara, Malakaji dan Bungaya, termasuk Sapayya.

Sementara dari pantauan Tribun, jalur alternatif warga Jeneponto yang akan ke Makassar via pedalaman Gowa (+81 km) di jalur Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang, juga terputus, menyusul rubuhnya Jembatan Manuju, dan Jembatan Lemoa, Desa Sapayya, Kecamatan Bungaya, Gowa.

Jembatan Munte yang terputus itu berlokasi di Dusun Uma, Desa Bontomate'ne, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.

Air sungai meluap akibat hujan deras sejak Senin (21/1/2019). Jembatan Munte tersebut menghubungkan Desa Mangepong dan Desa Bontomate'ne
Di Turatea juga pipa distribusi air bersih (PDAM) dari reservoir air di Bendungan Kelara, di perbatasan Gowa-Jeneponto.

Sungai Kelara yang hulunya juga ada di kawasan Pegunungan Bawakaraeng, ekosistem DAS Jeneberang di Gowa, juga adalah sumber utama bahan baku PDAM Jeneponto.

Dari pantauan Tim Kemanusiaan FTI UMI, kemarin, salah satu gedung Intake PAM hancur dan hanyut saat banjir.

“Dampak banjir di Jeneponto ini kompleks dan butuh penanganan jangka panjang dan sinergi semua pihak, mulai dari pusat, provinsi dan kabupaten,” kata Dr Zakir Sabara MT, doktor ilmu lingkungan hidup dari UMI Makassar.

Kondisi ini dikonfirmasikan Kepala Bidang Rehabilitasi & Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jeneponto Sahabuddin, ST., M.Si,

Dari pantauan dan laporan lapangan sementara, dampak bencana Hydrometeorologi di Jeneponto, ada 34 desa/kelurahan di 11 kecamatan yang terpapar.

“Bencana ini merata di 11 kecamatan, kalau hanya kabupaten yang tangani tak bisa,” kata Sahabuddin, usai mendampingi Tim Relawan & Bantuan Kemanusiaan Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri UMI Makassar di Desa Mangempong.

Puluhan rumah di bantaran sungai Dusun Munte, Desa Bonto Mate'ne Kecamatan Turatea, Jeneponto hanyut terbawa arus banjir bandang.

Bahkan jembatan sepanjang 70 meter penghubung antar Dusun Munte dan Mengepung juga roboh. Warga Munte, Agussalim mengatakan puluhan rumah yang hanyut itu empat diantaranya adalah milik warga atas nama Sampara (70), Hamma Deng Se're( 48) Daming (49) dan Sittiha (78).

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved