Setujukah Anda Jika Ahok Maju Ketua Umum PSSI? Ini 5 Bursa Calon Ketum Setelah Letjen Edy Out
Lantas siapa figur ideal jadi Ketua Umum PSSI? Nama-nama berikut beredar; Erick Thohir, Muhaimin Iskandar, Djoko Driyono, Ahok (Basuki Tjahaja Purnama
TRIBUN-TIMUR.COM - Perhatian publik terhadap figur Ketua Umum PSSI setelah Letnan Jenderal (Purn) Edy Rahmayadi out sangat antusias.
Ketua Umum PSSI diyakini salah satu simpul untuk membangkitkan Sepak Bola Tanah Air.
Lantas siapa figur ideal jadi Ketua Umum PSSI?
Nama-nama berikut beredar; Erick Thohir, Muhaimin Iskandar, Djoko Driyono, Ahok (Basuki Tjahaja Purnama), hingga Komjen Syahfruddin.
Baca: Apa Maksudnya? Rocky Gerung Sebut Nama Titiek Soeharto dan Prabowo Subianto Pasangan Abadi
Baca: Warning Buat Ibu-ibu, Bahaya Siapkan Susu Formula Bayi dengan Air Dispenser, Simak Panduan dari WHO
Baca: Pramugari Meninggal di Pesawat, Penumpang Kecewa dan Heran Maskapai Justru Putar Musik Ukulele
Baca: Sebentar Lagi, Pengguna Facebook Bisa Kirim Pesan ke WhatsApp dan Instagram
Baca: IYL Digosip Pimpin Gerindra Sulsel, Kader Hambalang Sebut Klan YL Main Aman di Pilpres
Seiring mundurnya Edy Rahmayadi, kursi Ketua Umum PSSI semakin panas diobrolkan publik sepak bola Indonesia.
Nama-nama kandidat selanjutnya mulai bermunculan. Sementara ini Joko Driyono memegang tampuk organisasi.
Jokdri, sapaan akrab Joko Driyono, menggantikan posisi Edy Rahmayadi yang menyatakan mundur pada Minggu (20/1/2019).
Edy Rahmayadi memutuskan undur diri tepat saat KLB PSSI di Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort, Bali.
Sebagai Wakil Ketua Umum PSSI, Jokdri pun naik jabatan. Suara publik semakin kencang atas naiknya nama Jokdri.
Kursi Ketum PSSI semula goyah karena sengkarut sepak bola Indonesia di bawah komando Edy Rahmayadi.
Di bawah pimpinan Edy, banyak terjadi insiden kelam. Seperti halnya kematian suporter hingga skandal pengaturan skor.
Terlebih mantan Pangkostrad itu rangkap jabatan pada 2018 dengan menduduki kursi Gubernur Sumatera Utara.
Desakan publik sepak bola Tanah Air untuk menuntut mundur Edy terealisasi, namun tidak dengan tuntutan lainnya.
Edy turun, Joko Driyono naik. Suara tuntutan perubahan menguat. Jokdri dinilai belum pantas memimpin federasi.