AJI Kota Mandar Majene Desak Presiden Cabut Remisi untuk Pembunuh Jurnalis
Senior AJI Kota Mandar, Edy Junaedi mengatakan, pemberian remisi itu telah melukai rasa keadilan bagi keluarga korban.
Penulis: edyatma jawi | Editor: Imam Wahyudi
Dilansir Kompas.com, kasus pembunuhan berencana ini terjadi pada 11 Februari 2009, di kediaman Susrama yang berlokasi di Banjar Petak, Bangli, Bali.
Eksekusi pembunuhan diperkirakan dilakukan pada sekitar pukul 16.30 hingga 22.30 WITA.
Nyoman Susrama bukan pelaku langsung, melainkan aktor intelektual yang mendalangi aksi keji itu.
Selain Susrama, polisi juga menetapkan 6 orang lainnya sebagai tersangka, yaitu Komang Gede, Nyoman Rencana, I Komang Gede Wardana alias Mangde, Dewa Sumbawa, Endy, dan Jampes.
Komang Gede berperan sebagai penjemput korban.
Nyoman Rencana dan Mangde menjadi eksekutor pembunuhan dan membawa mayat korban untuk dibuang ke laut di Perairan Padangbai, Karangasem.
Sedangkan Dewa Sumbawa, Endy, dan Jampes, bertugas membersihkan darah korban.
Setelah sempat hilang selama lima hari, Narendra Prabangsa yang merupakan redaktur berita daerah Radar Bali itu ditemukan tak bernyawa dengan kondisi tubuh rusak pada 16 Februari 2009 di Teluk Bungsil, perairan Padang Bai, Karangasem.
Pasca penemuan itu, kasus ini perlahan mulai terungkap.
Meski sempat kesulitan mencari benang merah kasus ini, namun polisi kemudian menelusuri sejumlah kemungkinan motif pembunuhan, salah satunya karena pemberitaan.
Penyelidikan polisi pun mengarah kepada Nyoman Susrama.
Motif pembunuhan ini bermula dari kekesalan Nyoman Susrama terhadap Prabangsa karena masalah pemberitaan.
Prabangsa menulis berita terkait dugaan korupsi yang dilakukan Nyoman Susrama, yakni proyek-proyek Dinas Pendidikan di Kabupaten Bangli sejak awal Desember 2008 hingga Januari 2009.
Salah satu proyek yang disorot dalam pemberitaan Prabangsa adalah proyek pembangunan taman kanak-kanak dan sekolah dasar internasional di Bangli.
Nyoman Susrama kala itu menjadi pemimpin proyek tersebut.
Susrama bersama rekan-rekannya pun akhirnya merencanakan pembunuhan terhadap Prabangsa.