BMKG Deteksi Awan Kumulonimbus, Jarak Pandang di Bandara Hanya 800 Meter, 3 Pesawat Gagal Mendarat
Cuaca buruk melanda Sulawesi Selatan, termasuk Makassar, Selasa (22/1/2019).
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Anita Kusuma Wardana
Ketiga pesawat tersebut yakni Lion Air JT791 dari Ambon, Garuda Indonesia GA641 dari Ambon, dan Lion Air JT781 dari Palu.
Ketiga pesawat dialihkan (divert) untuk mendarat di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan.
"Pagi tadi, jarak pandang sempat turun di bawah batas minimal 800 meter, kondisi cuaca hujan deras ditambah angin kencang sehingga beberapa pesawat tak bisa mendarat, salah satunya pada pukul 08.57 Wita pesawat Lion JT791 rute Ambon ke Makassar, pilot memutuskan untuk menuju ke bandara alternatif di Balikpapan," kata GM AirNav Cabang MATSC, Novy Pantaryanto kepada Tribun Timur.
Selain pesawat Lion, pada pukul 09 06 Wita, giliran pesawat Garuda Indonesia GIA641 rute Ambon ke Makassar juga memutuskan untuk ke bandara alternatif di Balikpapan.
Sementara untuk keberangkatan, Novy mengatakan peswat di Bandara Sultan Hasanuddin menunggu cuaca dan jarak pandang membaik.
Awan Kumolonimbus
Masih dilansir dari situs bmkg.go.id, juga terpantau adanya awan Kumulonimbus di ketinggian 1.500 meter.
Tutupan awan antara 1-2 oktas (few). Artinya 25 persen luasan langit ditutupi awan.
Sementara di ketinggian 1.600 meter, tutupan awan mencapai 5-7 oktas (broken). Artiya 90 persen luasan langit ditutupi awan.
Awan kumulonimbus inilah yang paling dihindari pilot karena di dalam awan itu juga terdapat pusaran angin.
“Sangat mengerikan itu awan kumulonimbus. Kalau kita liat angin puting beliung, ekor angin itu ada di dalam Awan Kumulonimbus. Awan ini juga dapat membekukan mesin pesawat, karena di dalamnya terdapat banyak partikel-partikel es. Terdapat partikel petir dan sebagainya di dalam awan itu,” kata Novy Pantaryanto dikutip beberapa waktu lalu.

Meski Awan Kumulonimbus dianggap membahayakan bagi penerbangan, kata Novy Pantaryanto, pihaknya telah mempunyai alat radar cuaca pada rute penerbangan yang bisa melacak cuaca hingga radius 100 km.
Oleh karna itu, jika terlihat Awan Kumulonimbus pada radar, pihaknya langsung menyampaikan hal itu dan pilot akan membelokkan pesawat hingga 15 derajat.
“Tidak ada pilot yang berani menembus Awan Kumulonimbus. Jadi kita mempunyai radar cuaca dan berkoordinasi dengan BMKG sehingga data dari BMKG yang diperoleh terkait cuaca buruk akan disampaikan kepada pilot. Jadi cuaca buruk yang terjadi, aman bagi lalu lintas penerbangan,” katanya menerangkan.
Novy Pantaryanto menambahkan, Awan Kumulonimbus berada diketinggian 1.000 hingga 15.000 kaki sehingga penerbangan dengan ketinggian 30.000 hingga 40.000 kaki aman bagi pesawat.