Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dilantik Jokowi Jadi Kepala BNPB, Doni Monardo Janji Prioritaskan Pemulihan Palu

Doni berjanji menjaga amanat bidang penanggulangan bencana itu dan segera mempersiapkan maksimal tugas-tugas pokoknya sebagai pengganti Laksamana Muda

Penulis: abdul humul faaiz | Editor: Thamzil Thahir
dok_tribunnews
BNPB- Presiden Joko Widodo melantik Letnan Jenderal TNI Doni Monardo sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ), Rabu (9/1/2019), di Istana Negara, Jakarta Pusat. 

TRIBUN-TIMUR, JAKARTA - Presiden Joko Widodo melantik Letnan Jenderal TNI Doni Monardo sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ), Rabu (9/1/2019), di Istana Negara, Jakarta Pusat.

Sejatinya pelantikan ini digelar Rabu (2/1/2019) pekan lalu. Kala itu, penundaan dengan alasan presiden sibuk dan sudah ada agenda lawatan ke lokasi bencana tsunami di Lampung

Pelantikan tertunda ini sekaligus meredam spekulasi politik. Mantan Komandan Jenderal pasukan elite TNI, Kopasus dan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) era SBY dan awal Jokowi oleh politisi disebut, belum dapat restu dari elite parpol pengusung Jokow-Ma’ruf di Pilpres.

Baca: Ingin Jadi Pengusaha Sukses, Korban Gempa Palu Ini Bertekad Sekolah Lagi

Usai pelantikan, Doni menyampaikan terima kasih atas amanat yang diberikan negara melalui presiden.

Doni berjanji menjaga amanat bidang penanggulangan bencana itu dan segera mempersiapkan maksimal tugas-tugas pokoknya sebagai pengganti Laksamana Muda (Purn) Willem Rampangilei.

Sebelum ditunjuk sebagai Kepala BNBP, jenderal bintang tiga kelahiran Cimahi, Jawa Barat ini menjabat sebagai Wantanas sejak sembilan bulan lalu.

- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto melantik Mayor Jenderal Doni Monardo sebagai menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional(Wantannas) di kantor Menko Polhukam, Jakarta, 6 April 2018. Foto: Humas Kemenko Polhukam Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto melantik Mayor Jenderal Doni Monardo sebagai menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional(Wantannas) di kantor Menko Polhukam, Jakarta, 6 April 2018. (Foto: Humas Kemenko Polhukam)
- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto melantik Mayor Jenderal Doni Monardo sebagai menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional(Wantannas) di kantor Menko Polhukam, Jakarta, 6 April 2018. Foto: Humas Kemenko Polhukam Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto melantik Mayor Jenderal Doni Monardo sebagai menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional(Wantannas) di kantor Menko Polhukam, Jakarta, 6 April 2018. (Foto: Humas Kemenko Polhukam) (do)

Doni berjanji memprioritaskan penanganan dan pemulihan dampak 3 bencana besar di Tanah Air, yang terjadi beruntun sejak setengah tahun terakhir, gempa di Lombok, gempa tektonik, tsunami dan likuefaksi di Teluk Palu, dan terakhir tsunami di Selat Sunda.
"Menyelesaikan beberapa wilayah yang telah mengalami bencana baik di Lombok, Palu dan terakhir di Banten dan juga di Lampung," tambahnya.

Dari tiga bencana alam ini, tak satupun yang ditetapkan dengan status Bencana Nasional. Namun, penanganan bencana ini menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.

Beberapa jam usai pelantikan, dia langsung rapat bersama pejabat teras BNPB. Dia mengaku menerima briefing dari seluruh pejabat di BNPB, memetakan prioritas masalah, sebelum mengambil rangkaian keputusan strategis.

Doni juga mengisyaratkan akan berkunjung ke lokasi terpapar bencana di Tanah Air, untuk melihat progres penangan pasca dan masa pemulihan bencana.

KM Sabuk Nusantara 39 terdampar di daratan Desa Wani II, Kecamatan Tanantovea, Donggala, Sulawesi Tengah, akibat terseret oleh gelombang tsunami pada 28 September 2018 silam.(Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz).
KM Sabuk Nusantara 39 terdampar di daratan Desa Wani II, Kecamatan Tanantovea, Donggala, Sulawesi Tengah, akibat terseret oleh gelombang tsunami pada 28 September 2018 silam.(Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz). (TRIBUN TIMUR/ABDUL HUMUL FAAIZ)

Sebelumnya, melalui Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, otoritas penanganan bencana ini menghitung dampak kerugian pascaencana di Palu, mencapai Rp 15,29 triliun.

Sutopo memaparkan, sebanyak Rp 7,6 triliun atau 50 persen kerugian berasal dari Palu. Di Donggala, kerugian yang diderita mencapai Rp 2,1 triliun atau 13,8 persen. Kerugian di Sigi sebesar 4,9 triliun atau 32,1 persen. Di Parigi Moutong, kerugian mencapai Rp 631 miliar atau setara 4,1 persen.

Tim Satuan Tugas (Satgas) Kesehatan TNI Angkatan Laut melaksanakan penelitian air tanah dan fogging di wilayah yang terkena bencana gempa dan tsunami Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa (16/10/2018).
Tim Satuan Tugas (Satgas) Kesehatan TNI Angkatan Laut melaksanakan penelitian air tanah dan fogging di wilayah yang terkena bencana gempa dan tsunami Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa (16/10/2018). (handover)

Data dari pemerintah, dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana ini meliputi lima sektor pembangunan yaitu kerugian dan kerusakan di sektor permukiman Rp 7,95 triliun.
Sektor infrastruktur Rp 701,8 milyar, sektor ekonomi produktif Rp 1,66 triliun, sektor sosial Rp 3,13 tiliun, dan lintas sektor mencapai Rp 378 milyar.

Dampak itu terhitung awal November 2018 lalu.
Angka itu adalah rincian dari kerugian ekonomi akibat bencana tersebut mencapai Rp 1,99 triliun dan kerusakan mencapai Rp 11,83 triliun.

Setelah, masa tanggap darurat bencana di Provinsi Sulawesi Tengah berakhir, maka diputuskan penetapan status transisi darurat ke pemulihan gempabumi, tsunami dan likuifaksi di Provinsi Sulawesi Tengah selama 60 hari terhitung mulai tanggal 27/10/2018 hingga 25/12/2018.
Penetapan Status Transisi Darurat ke Pemulihan Bencana Gempabumi, Tsunami dan Likuifkasi di Provinsi Sulawesi Tengah ditetapkan berdasar Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah No.466/425/BPBD/2018 pada 25/10/2018," kata Sutopo.

Baca: Kapal Penumpang Sumber Raya 03 Kecelakaan di Perairan Banggai, Basarnas Palu Turunkan Tim

Pasca-masa pemulihan berakhir 28 Desember 2018 lalu, kini Palu memasuki masa rekonstruksi. Pemulihan total dan kembali normalnya kehidupan di Palu, Donggala dan Sigi, diperkirakan akan berlangsung hingga tahun 2022.

Di gempa Palu, 28 September 2018 lalu, ada 2.113 Korban Meninggal, 1.309 warga masih dinyatakan hilang.
Rinciannya, 1.706 jiwa di Kota Palu, 171 jiwa di Donggala, 188 jiwa di Sigi, 15 jiwa di Parigi Moutong, dan 1 orang di Pasangkayu, Sulawesi Barat.

Suasana evakuasi jenazah yang disaksikan keluarga korban di Hotel Mercure Jl Cumi-cumi, Pantai Talise, Kec Palu Barat, Kota Palu, Sulteng, Rabu (3/10). Hotel berlantai lima ini amruk akibat bencana gempa dan tsunami. Diperkirakan puluhan hingga ratusan jenazah masih tertimbun dipuing reruntuhan gedung.
Suasana evakuasi jenazah yang disaksikan keluarga korban di Hotel Mercure Jl Cumi-cumi, Pantai Talise, Kec Palu Barat, Kota Palu, Sulteng, Rabu (3/10). Hotel berlantai lima ini amruk akibat bencana gempa dan tsunami. Diperkirakan puluhan hingga ratusan jenazah masih tertimbun dipuing reruntuhan gedung. (sanovra/tribuntimur.com)

Korban yang dimakamkan mencapai 2.081 jenazah. Angka itu terdiri dari 1.025 jenazah di pemakaman massal dan 1.056 jenazah di pemakaman keluarga.
Adapun korban luka yang tercatat mencapai 12.568 orang. Rinciannya, 4.438 orang luka berat dan 8.130 orang luka ringan. Sementara korban hilang 1.309 orang.
Jumlah pengungsi akibat bencana di Sulawesi Tengah mencapai 214.925 orang. Sebanyak 206.194 orang berada di 122 titik di Sulawesi Tengah, sementara 8.731 lainnya berada di luar provinsi tersebut.
Para penungsi yag berjumlah sekitar 200 ribu, sebulan pasca bencana, mulai kembali ke Palu, dan membangun hidup.

Bantuan Asing
Oktober 2018 lalu, Bank Pembangunan Asia (ADB) berkomitmen menyalurkan pinjaman senilai maksimal US$ 1 miliar atau Rp 15 triliun untuk penanganan bencana di Sulawesi Tengah (Sulteng). Namun, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan bahwa pemerintah hanya akan mengambil pinjaman dari ADB sesuai kebutuhan.
Selain ADB, Bank Dunia memberikan bantuan sebesar US$ 5 juta atau sekitar Rp 75 miliar untuk proses pembangunan ulang berbagai daerah terdampak gempa dan tsunami di Sulteng. Bank Dunia memperkirakan, kerugian fisik atas bencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Sulteng mencapai US$ 531 juta atau sekitar Rp 8 triliun.
Lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) juga memberikan bantuan senilai Rp 2 miliar untuk korban bencana di Sulteng.

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved