Pertama di Polman, Maccanring Prosesi Mengantar Bahan Pesta Pernikahan Pakai Rakit
Seluruh barang untuk persiapan pernikahan diantar rombongan keluarga calon mempelai laki-laki ke rumah wanita yang dipinang.
Penulis: edyatma jawi | Editor: Imam Wahyudi
Laporan Wartawan Tribun Timur, Edyatma Jawi
TRIBUNPOLMAN.COM, POLMAN - Maccanring merupakan salah satu prosesi dalam setiap pesta pernikahan pada Suku Mandar di Sulawesi Barat (Sulbar).
Maccanring adalah proses membawa seluruh bahan makanan maupun barang lainnya untuk digunakan pada pesta pernikahan.
Maccanring ini dilakukan keluarga mempelai laki-laki.
Seluruh barang untuk persiapan pernikahan diantar rombongan keluarga calon mempelai laki-laki ke rumah wanita yang dipinang.
Umumnya Maccanring ini dilakukan menggunakan alat transportasi darat. Misalnya kendaraan bermotor dan alat transportasi lain.
Namun berbeda pada ritual Maccanring di Desa Alu, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar (Polman).
Barang bawaan untuk persiapan pernikahan warga di daerah ini diangkut menggunakan rakit.
Ritual Maccanring yang unik dan langka ini dilakukan oleh keluarga Nardi yang akan menikah 16 Januari nanti.
Seluruh barang persiapan pernikahan Nardi dibawa ke rumah calon mempelai wanitanya, Nasrawati, menggunakan rakit.
Rombongan keluarga Nardi menyusuri Sungai Mandar sepanjang 18 kilometer lebih untuk menuju rumah Nasrawati di Desa Sepabatu, Kecamatan Tinambung Polman.
Desa Alu, Kecamatan Alu tempat Nardi tinggal memang berada di sisi bantaran Sungai Mandar.
Jika menempuh jalur darat, jaraknya mencapai 13 kilometer dari Desa Sepabatu yang berada di sisi jalan trans Sulawesi. Bisa pula menempuh jalur Sungai Mandar. Jaraknya mencapai 18 kilometer.
Prosesi Maccanring ini dimulai Minggu pagi, pukul 07.00 WITA. Rombongan tiba di Kandeapi, Kelurahan Tinambung, Kecamatan Tinambung pukul 12.30 WITA.
Mereka beristirahat sejenak di Tinambung yang berjarak sekira satu kilometer dari Desa Sepabatu, rumah calon mempelai wanita. Perjalanan dilanjutkan pukul 14.00 WITA.
Setelah tiba di Sepabatu, keluarga mempelai wanita telah menunggu di pinggiran sungai. Banyak pula warga yang memadati bantaran sungai untuk menyaksikan proses Maccanring yang unik ini.
Kakak sulung Nardi, Hasanuddin mengatakan, Maccanring menggunakan rakit ini bertujuan memperkenalkan kembali kebiasaan leluhur.
Sebab dulunya rakit merupakan alat transportasi utama yang digunakan masyarakat. Transportasi lainnya yakni kuda. Namun akses jalan saat itu, medannya sangat berat.
"Dari dulu memang masih nenek moyang kita, lebih banyak menggunakan rakit," ungkap Hasanuddin, Minggu (6/1/2019).
Selain itu, mengantar bahan pesta pernikahan menggunakan rakit juga untuk memperkenalkan Alu yang memiliki hutan bambu melimpah.
Kata Hasanuddin, di daerah ini terdapat 20 hektar lebih hutan bambu. Alu merupakan salah satu komoditas unggulan di Alu.
"Supaya bisa dikenal orang," katanya.
Dijelaskan, proses Maccanring ini menggunakan sebelas rakit yang terbuat dari bambu. Puluhan masyarakat gotong royong membuat rakit tersebut sejak sepuluh hari lalu.
Satu unit rakit dibuat menggunakan 18 batang bambu. Jadi total keseluruhan memanfaatkan 198 pohon bambu.
"Banyak yang membantu biar tidak dipanggil. Dilaksanakan secara gotong royong. Bambunya tidak dibeli tapi gotong royong masyarakat," jelasnya.