Ustad Somad dan Maulana Tenar di Lorong Sebelum di Medsos, Dr Wahyuddin Ingatkan Mujahid Cyber
“Mereka ini nanti yang akan membendung serangan terhadap umat Islam di media sosial,” tegas Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Muhammadiyah Sulsel
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: AS Kambie
Ustadz Somad dan Ustadz Nur Maulana bertahan di Media Sosial karena pengetahuan keagamaannya sudah mumpuni
Fenomena Dai Selebriti dan Tele Dai di Indonesia
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dua antropolog jadi narasumber dalam dalam Pelatihan Cyber Progresif Muhammadiyah se-Sulsel di Hotel Lariz UINAM, Jl Sultan Alauddin, Makassar, Sabtu (5/1/2019) sore.
Antropolog Sosial Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Tasrifin Tahara dan Antropolog Agama Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Dr Wahyuddin Halim membahas Medsos dan Fenomena Sosial Politik dan Keagamaan ini.
Dr Tasrifin lebih banyak membahas fenomena media sosial yang dia sebut “sangat berpotensi menyesatkan”.
Dr Wahyuddin mengingatkan pentingnya para mubaliq memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan syiar Islam dan pesan agama yang Rahmatan lilalamin.
Menurut Wahyu, sapaan Wahyuddin, memang banyak dai yang tiba-tiba tenar lewat YouTube dan Facebook. Tapi tidak semua dari mereka mampu bertahan lama sebagai dai selebriti atau tele-dai.
Dia mencontohkan Ustad Nur Maualana, dai kondang yang tenar lewat “Jamaah.... oh jamaahhh.......”
Menurut Wahyu, Ustad Maulana tenar di YouTube kemudian dikontrak di salah satu stasiun televisi nasional.
“Tayangan Ustad Nur Maulana itu salah satu talkshow terlama di televisi nasional dan sampai sekarang masih terus berlanjut. Tidak banyak dai yang mampu mempertahankan ketenaran di media sosial di layar televisi seperti Ustad Nur Maulana ini. Kita lihat, seberapa lama Ustad Abdul Somad bertahan di media sosial,” jelas Wahyu.
Menurutnya, Ustad Nur Maulana bisa bertahan lama karena dia sudah “jadi” sebelum tenar di media sosial.
Sebelum menjadi dai selebriti dan tele-dai, Ustad Nur Maulana sudah puluhan tahun menjadi dai lorong di Makassar.
“Jadi memang beliau sudah menguasai ilmu ke-dai-an dan sudah berbekal ilmu agama mumpuni sebagai alumnus Pondok Pesantren An Nahdlah Makassar. Kalau tidak berbekal ilmu agama yang mumpuni, setenar apapun awalnya pasti akan pudar di media sosial,” jelas Wahyu.
Sama dengan Ustad Abdul Somad. Dai asal Riau ini juga dinilai sudah “khatam” di Mesir sebelum muncul di YouTube dan Facebook.
Mujahid Cyber
Pelatihan Mujahid Cyber Muhammadiyah digelar hingga Minggu (6/1/2019).
Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PW Muhammadiyah Sulsel Hadisaputra, mengatakan pelatihan Mujahid Cyber ini dilaksanakan untuk menciptakan pejuang persyarikatan di media sosial.
“Mereka ini nanti yang akan membendung serangan terhadap Muhammadiyah dan umat Islam di media sosial,” tegas Hadi.
Mujahid Cyber digelar Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel dengan teman ‘Masifikasi Syiar Islam Berkemajuan di Dunia Virtual’.
Ketua panitia, Rizal Pauzi, menyampaikan bahwa, kegiatan ini merupakan langkah dakwah Muhammadiyah dalam mengarungi era digital, serta implementasi dari semangat Islam Berkemajuan.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari dakwah Muhammadiyah di era digital, bagaimana Muhammadiyah mengikuti perkembangan zaman sebagaimana spirit Islam Berkemajuan,” katanya
Ia menambahkan, peserta yang mengikuti pelatihan ini merupakan perwakilan atau utusan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), perwakilan dari Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (PAUM), serta perwakilan dari Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah se-Sulsel.
Dalam kesempatan yang berbeda, Hadisaputra, Ketua MPI PWM Sulsel mengatakan bahwa, Muhammadiyah dalam gerakkan dakwah cyber sebenarnya telah ada sejak lama.
Akan tetapi di Muhammadiyah sendiri memiliki keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mengelola aset tersebut. Padahal dakwah kepada manusia abad informasi sekarang ini tidak bisa dipisahkan dengan dunia vritual.
“Manusia modern saat ini lebih sering berjumpa secara virtual dibanding secara fisik. Oleh karenanya dakwah di berbagai lini media sosial, maupun aplikasi perpesanan, mutlak dikuasai para aktivis Muhammadiyah,” ungkapnya.
Hadi menjelaskan, pelatihan yang diselenggarakan ini berorientasi pada pemaksimalan metode dakwah transformatif berbasis IT, masifikasi public relatiaon, mobilisasi sumber daya filantropi, mobilisasi advokasi kepentingan publik (politik strategis), serta untuk counter isu negatif terhadap Persyarikatan Muhammadiyah.
Selain Dr Wahyuddin dan Dr Tasrifin, Ketua Muhammadiyah Sulsel Prof Ambo Asse, Jurnalis Senior Tribun Timur AS Kambie, Dr KH Mustari Bosra (Sejarawan UNM), Tim Cyber Crime Polda Sulsel, dan Tim Fasilitator Komunitas Dosen Jualan Makassar, juga narasumber dalam pelatihan dua hari itu.
Dosen Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar ini berharap dari pelatihan yang diadakan bisa menghasilkan mujahid cyber Muhammadiyah progresif, sebagai kepanjangan aksi dari dakwah Muhammadiyah ke masyarakat luas.(*)