Nonton Keluarga Cemara, Emak-emak Makassar Menangis Tersedu-sedu, Suami-Istri Boyong Anak ke XXI
Rerata penonton memasuki ruang studio bergerombol sambil menggendong anak, bahkan banyak Emak-emak yang membawa bayi.
Namun, begitu sampai di kantor dan membuka komputer, terpampang di layar kerugian perusahaan yang mencapai miliaran rupiah. Beberapa saat kemudian, warga datang berunjuk rasa dan mengepung ruang kerja Si Abah.
Adegan Si Abah negosiasi dengan demonstran yang marah di kantor silih berganti dengan pesta perayaan ulang tahun Elis di rumah. Hingga akhirnya sekelompok pria datang ke tengah pesta ulang tahun itu dan berteriak-teriak meminta semua keluar dari rumah.
Pesta ulang tahun Elis jadi kacau. Undangan berlarian meninggalkan rumah mewah itu. Emak Abah berusaha minta bertahan, “Saya tidak tahu apa-apa, saya tunggu suami dulu.” Tapi beberapa pria itu memaksanya keluar.
Saat Emak berhadapan dengan pimpinan eksekutor “sita rumah”, Si Abah datang. Dengan santai Si Abah menenangkan Elis dan anak bungsunya Ara (Widuri Puteri).
Si Abah terus tersenyum pada kedua buah hatinya dan meyakinkan mereka bahwa tidak akan terjadi apa-apa.
Lalu Si Abah mendatangi eksekutor dan berdiri di hadapan istrinya. Dia meminta diberi kesempatan.
Tapi tidak. Si Abah akhirnya memboyong istri dan anaknya tinggalkan rumah dengan hanya membawa beberapa lembar pakaian.
Awalnya mereka nginap di salah satu ruang sempit dalam kantor. Si Abah terpaksa tidur di bawah tanpa kasur untuk memberi kesempatan pada istri dan anaknya tidur di kasur.
Setelah bertemu seorang pengacara yang berbahasa dengan logat Medan yang sangat kental, Si Abah membawa anaknya ke kampung. Keluarga itu tinggal di rumah peninggalkan ayah Si Abah.
Rumah itu sudah lama kosong. Mereka harus membersihkan debu dan sarang lebah yang memenuhi semua ruangan rumah berlantai satu di tepi bukit itu.
Telepon Pohon
Film ini sebagian besar berkisah kehidupan Abah dan keluarganya di kampung itu. Si Abah awalnya bekerja sebagai buru bangunan, kemudian menjadi sopir Go-Jek setelah mengalami kecelakaan kerja.
Sementara Elis dan Ara menyuguhkan kisah suka-duka di sekolah masing-masing. Elis harus menjual kerupuk buatan Si Ibu karena Abah tidak bisa kerja setelah patah khaki.
Adegan lucu di rumah tua itu tersaji ketika Si Abah dan Elis harus gantian memanjat pohon untuk menelepon. Telepon selular mereka gantung di atas pohon. Mereka membuat tempat duduk di antara dahan Pohon Pinus untuk menerima atau menelepon.
Adegan lucu tapi memantik air mata terjadi ketika Emak akan melahirkan dan digotong dengan becak dari halaman rumah.(*)