Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Viral Awan Berbentuk Tsunami di Langit Makassar, Ini Penjelasan Resmi BMKG, Warga Jangan Panik!

Berikut penjelasan resmi BMKG Makassar mengenai fenomena awan berbentuk gelombang tsunami di langit Kota Makassar

Editor: Mansur AM
Makassar Info
Fenomena awan berbentuk gelombang tsunami di langit Kota Makassar 

TRIBUN-TIMUR.COM - Foto dan video awan berbentuk gelombang tsunami jadi pembicaraan.

Beredar di grup-grup Whatsapp, foto dan video ini diabadikan di wilayah Kota Makassar pada Selasa (1/1/2019) petang.

Berikut penjelasan resmi BMKG Makassar mengenai fenomena awan berbentuk gelombang tsunami di langit Kota Makassar

Pada awal tahun 2019, warga Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), dikejutkan dengan munculnya awan berbentuk gelombang tsunami.

Baca: Kronologi Lengkap Penembakan Bripka Matheus Polisi Anggota Densus 88, Ternyata Bukan Orang Sembarang

Baca: 6 Updating Transfer: 3 Pilar Tinggalkan Persija, Persib & Persebaya Berebut Loris, PSM Makassar?

Baca: 8 Bulan Setelah Diceraikan Ahok, Kabar Terbaru Veronica Tan Sedang Liburan Bareng Nathania Purnama

Baca: Hotman Paris Ketahuan 10 Tahun Tak Tidur Bareng Istri, Terpaksa Kembali Seranjang Lagi karena Ini

Awan berbentuk gelombang tsunami itu diabadikan sejumlah warga kota Makasar dan diunggah ke media sosial.

Awan berbentuk gelombang tsunami itu muncul pada Selasa (1/1/2019) sore. Awan itu terlihat menggulung hitam pekat berbentuk gelombang tsunami di atas langit Kota Makassar.

Warga yang merekam video awan gelombang tsunami tersebut di dalam area Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar pun mengunggahnya ke media sosial.

Menurut prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Nur Asia Utami, yang dikonfirmasi pada Rabu (2/1/2019) pagi, peristiwa munculnya awan gelombang tsunami itu dikenal sebagal cell awan kumulonimbus yang cukup besar.

Berbahaya Biasanya, awan kumulonimbus tersebut disertai hujan deras, petir, dan angin kencang.

“Peristiwa tersebut dikenal sebagai cell awan kumulonimbus yang cukup besar, biasanya menimbulkan hujan deras disertai kilat atau petir dan angin kencang. Periode luruhnya awan tersebut tergantung besarnya, bisa 1-2 jam,” katanya.

Nur Asia Utami menuturkan, awan kumulonimbus ini berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, khususnya pesisir barat dan selatan.

“Awan kumulonimbus bisa terjadi di beberapa daerah di Sulawesi Selatan. Bahkan, di Kota Makassar awan ini bisa tumbuh kembali,” tuturnya.

Nur Asia Utami menambahkan, awan kumulonimbus ini sangat berbahaya. Bahkan, membahayakan bagi lalu lintas penerbangan.

Berbahaya bagi Penerbangan

Pesawat AirAsia QZ8501 dengan rute penerbangan Surabaya-Singapura dinyatakan hilang sejak Minggu (28/12/2014).

Berbagai perkiraan menyebut hilangnya pesawat disebabkan akibat buruknya cuaca terkait adanya awan kumulonimbus di jalur penerbangan tersebut, tepatnya di kawasan Selat Karimata.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Andi Eka Sakya menjelaskan, awan kumulonimbus adalah awan yang harus dihindari dalam penerbangan karena awan tersebut berisi elemen yang dapat mengganggu aktivitas penerbangan.

"Biasanya di awan kumolonimbus itu banyak kejadian, tidak hanya petir, tapi juga hujan yang disertai angin yang naik turun sehingga harus dihindari dalam penerbangan," kata Andi, di kantornya, Senin (29/12/2014).

Menurut Andi, BMKG secara rutin memberikan dokumen penerbangan ke otoritas penerbangan yang berisi informasi mengenai perkembangan awan di rute tempat berangkat sampai dengan tujuan.

Baca: Kronologi Lengkap Penembakan Bripka Matheus Polisi Anggota Densus 88, Ternyata Bukan Orang Sembarang

Baca: 6 Updating Transfer: 3 Pilar Tinggalkan Persija, Persib & Persebaya Berebut Loris, PSM Makassar?

Baca: 8 Bulan Setelah Diceraikan Ahok, Kabar Terbaru Veronica Tan Sedang Liburan Bareng Nathania Purnama

Baca: Hotman Paris Ketahuan 10 Tahun Tak Tidur Bareng Istri, Terpaksa Kembali Seranjang Lagi karena Ini

Dengan adanya informasi tersebut, kata dia, pilot dapat mengetahui tipe-tipe awan sehingga dapat menghindari awan yang berpotensi berkembang menjadi awan kumulonimbus.

"Mereka (pilot) selalu mengambil yang namanya flight document. Dokumen ini memberi informasi mengenai perkembangan awan di rute tempat berangkat sampai dengan tujuan sehingga mereka sebelum penerbangan sudah menentukan flight plan. Jadi, mereka sudah tahu daerah-daerah yang aman untuk dilalui," ucapnya.

Lebih lanjut, Andi mengatakan bahwa pada saat AirAsia QZ8501 akan terbang pada Minggu kemarin, citra satelit menunjukkan bahwa kondisi awan di sekitar Selat Karimata berpotensi memunculkan awan kumulonimbus.

"Pada saat itu hujan rintik, berpotensi ada awan kumulonimbus. Hal tersebut wajar karena dalam 30 tahun terakhir puncak hujan di kawasan Kalimantan dan Belitung di bulan Desember hingga Januari," ujarnya.(*)

Silakan Subscribe Youtube Resmi Tribun Timur untuk news video terbaru

Juga Follow akun resmi Instagram Tribun Timur:

Baca: Kronologi Lengkap Penembakan Bripka Matheus Polisi Anggota Densus 88, Ternyata Bukan Orang Sembarang

Baca: 6 Updating Transfer: 3 Pilar Tinggalkan Persija, Persib & Persebaya Berebut Loris, PSM Makassar?

Baca: 8 Bulan Setelah Diceraikan Ahok, Kabar Terbaru Veronica Tan Sedang Liburan Bareng Nathania Purnama

Baca: Hotman Paris Ketahuan 10 Tahun Tak Tidur Bareng Istri, Terpaksa Kembali Seranjang Lagi karena Ini

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral, Awan Berbentuk Gelombang Tsunami Selimuti Langit Makassar, Ini Penjelasan BMKG", . 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved