Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

'Malangnya' Kota Malang di Hari Wisuda dan Liburan Mahasiswa

Berjuluk Kota Pendidikan terbesar ketiga di Indonesia --setelah Bandung dan Jogyakarta--, Kota Malang harus menanggung risiko negatif lingkungan

Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Anita Kusuma Wardana
Thamzil Thahir
suasana wisuda di Universitas Brawijaya 

Kalau saya memilih judul news article ini "Malangnya Nasib Kota Malang di Masa Wisuda dan Liburan Mahasiswa" ini merujuk asumsi data dan sejumlah confirmed facts.

Baca: Teuku Wisnuh Jadi MC Tabligh Akbar Ummat Fest 2018 CCC Makassar

Baca: Pemilih Pemula Antusias Ikuti Kursus Kepemiluan KPU Sidrap

Baca: Selamat Ber-KONFERDA Apoteker se-Sulsel

Baca: Curi Motor di Masjid, 6 Remaja Pinrang Diringkus Polisi

Gatu (31), wisudawan Program Pascasarjana Ilmu Administrasi Ekonomi Universitas Brawijaya (UB) Malang, punya ungkapan menarik nan satiris.

"Waktu saya SMA (2000-an) ada ungkapan motor takut ketabrak mobil, sekarang mobil yang takut kegores motor,"katanya.

Kepada Tribun, di Aula Samantha Krida, Kampus utama UB, Ketawanggede, Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (15/12/2018) pagi, Gathu yang juga konsultan dan data analis pada intansi pemerintah Jatim ini, menggambarkan, 10 tahun terakhir, warga Malang mafhum benar kemacetan kian menjenuhkan di 4 periode wisuda 5 kampus besar; Universitas Brawijaya, Universitas (UNM) Malang, UIN Malik Ibrahim, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Islam Malang (Unisma).

Dari lima perguruan tinggi besar saja, saban tahun, menerima sekitar 131.000-an mahasiswa baru. 

Periode wisuda itu biasanya dihelat saban tahun; Mulai Maret, Juni, Agustus dan September, dan Desember. 

Dan itu baru 5 kampus; padahal di Malang ada 91 kampus perguruan tinggi negeri dan swasta.

Gatu ikut wisuda Periode VI (akhir) Tahun Akademik 2018/2019 Program Vokasi, Sarjana dan Pascasarjana Universitas Brawijaya bersama 1.113 wisudawan. Mereka dari 15 program studi ahli madya, sarjana, dan pascasarjana UB.

Karena banyaknya wisudawan dan guna meminimalisir macet di kota di 4 periode itu, otoritas rektorat UB memilih sidang upacara wisudawan tak lagi berdasar periodisasi normal melainkan merujuk kuota. 

Jika nominal wisudawan sudah mencapai kuota, di atas 1000 dibawah 1.500, sidang jadi alumni digelar. 

Saban tahun UB bisa mewisuda lima hingga enam kuota. Artinya, saban tahun kampus yang berdiri 1963 ini, bisa mewisuda hingga 12 ribu hingga 15 ribu mahasiswa, sama dengan jumlah pendaftar baru dalam satu dekade terakhir. 

Pilihan merujuk kuota ini karena upacara wisudawan rata-rata digelar di akhir pekan.

"Kebanyakan wisuda hari Sabtu pagi, biasanya mulai Kamis, Jumat, macet sudah terasa. Hotel, penginapan, restoran, warung makan, dan tempat wisata mulai penuh. Pedagang senang, tapi kami yang karyawan dan pegawai tahu, tinggal di rumah lebih nyaman."

Faisal Ahmad (29), salah satu agen wisata dan transpotasi Kosayu, mengkonfirmasikan rutinitas macet periodik itu kian terasa di masa pendaftaran mahasiswa baru.

Beratnya periode ini biasanya bersamaan masa liburan tengah tahun, Juni hingga Agustus.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved