Sampah Plastik Membunuhmu, Bukan Hanya Paus Rumput Laut Juga Terancam
Dua tempat alternatif lokasi pencanangan Gerakan Nasional “Pantai Kami Bersih” tahun depan, Pantai Galesong di Takalar atau Pantai Losari di Makassar
Meskipun sejatinya plastik memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan apabila sudah tidak digunakan lagi yang dikenal dengan sebutan sampah plastik.
Komposisi sampah plastik di Indonesia saat ini sekitar 15 persen dari total timbunan sampah, terutama di daerah perkotaan.
Data menunjukkan, dalam 10 tahun terakhir, jumlah sampah plastik terus meningkat dan berakhir ke lingkungan.
Dari total timbunan sampah plastik tersebut, hanya sekitar 10-15 persen yang didaur ulang, 60-70 persen ditampung di tempat pembuangan akhir (TPA), dan 15 persen-30 persen belum terkelola.
Ironisnya, 15-30 persen sampah plastik yang belum terkelola itu berakhir terbuang ke lingkungan, terutama ke sungai, danau, pantai, dan laut.
Sampah plastik di lautan saat ini bukan menjadi tantangan bagi Indonesia saja, melainkan menjadi permasalahan global. Sebab, sampah laut tidak mempunyai teritori negara atau wilayah administrasi daerah, yang sebarannya cenderung meningkat dari tahun ke tahun secara signifikan dan tersebar dalam skala samudera.
Lebih kurang 8,8 juta ton sampah plastik terbuang atau dibuang ke samudera setiap tahun. Sampah tersebut sudah pasti menganggu kesimbangan ekosistem dan menyebabkan kematian binatang air yang terperangkap sampah plastik, sementara tumpukan sampah di darat dapat menyumbat dan menyebabkan terjadinya genangan atau banjir.
Ketergantungan orang terhadap plastik semakin tinggi, sementara bahaya yang timbulkannya kurang di sadari oleh masyarakat. Sekiranya masyarakat memahami akan penggunaan plastik yang pada suhu dan ketebalan tertentu sesuai standar SNI, penggunaannya tidak perlu terlalu di khawatirkan. Namun, tidak semua produk kemasan plastik memenuhi standar SNI.
Terhadap bahaya yang di timbulkan plastik bagi kesehatan tubuh manakala terurai ke dalam tubuh dapat menyebabkan kanker dikarenakan plastik mengalami penguraian sebagai dioksin, dan dioksin yang terhirup oleh manusia. Bukan sekadar kanker yang di timbulkan, tapi sistem saraf pun akan terangsang sehingga menimbulkan kerusakan.
Kerusakan sistem saraf akan berimbas pada kinerja organ lainnya, sedangkan paparan senyawa dari plastik saat proses pembakaran yang tidak sempurna dapat mengakibatkan potensi depresi.
Salah satu bahaya penggunaan plastik adalah gangguan reproduksi, hal ini disebabkan adanya bahan kimia tambahan yang beragam, zat karsinogenik yang keluar dari pengunaaan botol atau plastik saat terkena paparan panas akan menyebabkan peradangan pada paruparu.
Selain menganggu kesehatan tubuh, plastik juga menggangu ekosistem lingkungan. Membuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan terjadinya banjir karena plastik yang menyumbat aliran air yang tidak mudah terurai saat menumpuk.
Selain itu, plastik yang susah atau lama mengurai dapat mengakibatkan kesuburan tanah menjadi menurun karena sirkulasi udara dalam tanah menjadi terhalang ruang gerak makhluk bawah tanah pun menjadi terhambat dan tergangggu.
Makhluk bawah tanah tersebut untuk menyuburkan tanah. Bukan hanya hewan yang berada di dalam tanah, hewan yang berada di laut pun mengalami dampak negatif dari sampah plastik yang di buang ke perairan sungai atau laut sangat besar peluang bagi hewan tersebut untuk terjerat plastik.
Hewan mati karena mengkonsumsi plastik, karena plastik yang ada di dalam tubuh hewan
tetap tidak akan mudah terurai dan tidak mudah hancur. Hanya hewannya saja yang menjadi bangkai namun plastiknya tidak hancur. Inilah yang menyebabkan racun menyebar kepada makhluk hidup lainnya.