Curhatan Penjual Tape di Musim Hujan, Kayuh Sepeda 25 Km Hingga Sering Tak Laku
Hujan kembali mengguyur Kota Makassar, Minggu (9/12/2018) pagi.Tak hayal, pengendara yang tidak mengenakan mantel pun menepi untuk berteduh.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Waode Nurmin
TRIBUNTIMUR.COM, MAKASSAR - Hujan kembali mengguyur Kota Makassar, Minggu (9/12/2018) pagi.
Tak hayal, pengendara yang tidak mengenakan mantel pun menepi untuk berteduh.
Termasuk saya karena tak menyiapkan jas hujan di jok motor.
Baca: Andi Abhy Optimis PSM Juara Liga 1 Indonesia
Baca: Golkar Sidrap Gelar Pendidikan Politik Bagi Kader dan Simpatisan
Diantara pengendara yang menepikan motornya, terlihat seorang pria bertopi bersama sepedanya ikut berteduh.
Ia ikut menepi di deretan lapak kaki lima yang berlokasi di seberang jalan gedung Phinisi Universitas Negeri Makassar.
"Ai... bosi kamase...,(hujan lagi kasihan)" katanya sambil memarkir sepedanya di tepi bahu jalan.
Rupanya pesepeda ini membawa bakul berisi tape ubi yang hendak dijajakan di seputaran Jl Racing Centre Makassar.
Awak TribunTimur.com, pun menghampiri dan berkenalan. Sang penjual tape ini bernama Daeng Sarro (50), warga Kampung Mario, Desa Parangmata, Kecamatan Galesong, Talalar.
"Mauka pergi keliling di Racing ini jual poteng (tape), tapi kayaknya mauja kembali ini ini karena hujan. Sepi pembeli kalau hujan begini," ujarnya.
Ia mengaku hampir tiap harinya menggayuh sepeda ke Makassar untuk menjajakan tape ubi yang dijualnya.
"Lamama jualan begini, adami sekitar enam sampai tuju tahunan. Hampirkan tiap hari lewat disini (Jl AP Pettarani), dua jam baru sampai disini naik sepeda," cerita ayah tiga orang anak ini.
Dari google maps, jarak antara kota Makassar ke Kampung Mario, Desa Parangmata, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar berkisar antara 22-25 kilometer.
"Kalau habis ini satu bakul, dapatma juga Rp 200 ribu. Biasanya kalau tidak hujan, habisji sampai sore," kata Daeng Sarro.
Dari tiga orang anaknya, baru satu yang bekerja sebagai karyawan swasta.
"Baru itu yang anak pertamaku yang selesai SMA dan kerjami juga sekarang di salah satu mall di Makassar, anak kedua masih di SMP dan yang kecil masih SD," ungkap Dg Sarro.
Daeng Sarro mengaku iklas menjalani profesinya sebagai penjual tape, lantaran tidak memilik pekerjaan lain.
"Tidak ada tanah (sawah) juga mau digarap, jadi begini saja kerja," ujar Daeng Sarro.
Jika musim penghujan tiba, otomatis ia tidak lagi berjualan tape lantaran sepi pembeli. Mengisi kekosongan itu, Daeng Sarro mengaku kerap menjadi pekerja atau buruh di sawah orang.
Baca: Sekreraris Lurah Samaenre Lappadata Sinjai Andalkan Zulham Zamrun Cetak Gol
Baca: Kapolsek Tamalanrea Prediksi PSM Cetak 2 Gol
Berselang sekitar 20 menit berteduh, hujan perlahan redah. Daeng Sarro pun bergegas melanjutkan perjalanannya menggayuh sepeda menjajakan tape jualannya.
"Jappama rong gang, ammarimi bosia anne (saya jalan dulu teman, hujan sudah redah)," kata Daeng Sareo bergegas menaiki sepedanya.