Cerita Baju Baru NA dan Cukur Baru Sudirman di HUT ke-349 Sulsel
Menjadi perhatian para hadirin, yakni baju yang dikenakan pasangan yang bertagline Prof Andalan ini, berwarna cokelat keemasan.
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Imam Wahyudi
Laporan wartawan Tribun-Timur, Saldy
TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR - Puncak peringatakan Hari Jadi Sulsel ke-349 dilaksanakan dalam bentuk Rapat Paripurna di Ruang Paripurna Kantor DPRD Sulawesi Selatan, Jl Urip Sumohardjo, kota Makassar, Jum'at (19/10).
Tema hari jadi Sulsel Ke-349, yakni Dengan Semangat Hari Jadi Provinsi Sulawesi Selatan ke-349 Kita Bangun Sulawesi Selatan yang Inovatif, Produktif, Kompetitif, Inklusif dan Berkarakter.
Gubernur Sulsel Prof HM Nurdin Abdullah, dan Wakilnya Andi Sudirman Sulaiman hadir dengan mengenakan baju adat.
Menjadi perhatian para hadirin, yakni baju yang dikenakan pasangan yang bertagline Prof Andalan ini, berwarna cokelat keemasan.
Informasi yang dihimpun tribun-timur.com, baju adat yang dikenakan oleh Nurdin dan Sudirman ini dijahit di salah satu Taylor di kota Makassar.
Sebelum baju ini dijahit, keduanya rupanya berkoordinasi dengan memilih-milih warna. Namun untuk warna, NA kabarnya menyerahkan sepenuhnya ke Sudirman. Akhirnya dipilihlah kain cokelat keemasan itu.
Begitu pun dengan sarung, dan songkok recca yang dikenakan dalam hari jadi Sulsel Ke-349.
Nurdin mengaku baju yang ia kenakan ini tidak mewah seperti dari menu harga yang ada.
"Ini baju murah ji kodong, yaa kita mau tampil sederhana saja. Jadi tak ada yang istimewa yah," kata NA, usai mengikuti rapat paripurna dalam rangka hari jadi Sulsel.
Menurutnya hari jadi ini adalah hari yang jauh dari euforia. Ini atas bentuk rasa belasungkawa dan empati atas peristiwa dan korban gempa dan tsunami Sulawesi Tengah, yang merupakan provinsi tetangga Sulsel.
"Dalam suasana peringatan Hari Jadi Sulawesi Selatan kali ini, terbesit rasa duka dan empati yang mendalam terhadap musibah bencana alam yang menimpa saudara-saudara kita di Palu, Sigi dan Donggala," kata mantan Bupati Bantaeng dua periode ini.
Untuk itu, Ia mengajak mengulurkan tangan kembali memberikan sentuhan emosional, bahu-membahu meringankan beban yang dialami oleh para korban yang sungguh masih membutuhkan dukungan dan doa untuk ketabahan mereka.
Menurutnya, hari jadi memiliki makna penting bukan hanya sebagai penanda bertambahnya usia yang telah mendekati tiga setengah abad atau 349 tahun.
Namun, menjadi wahana dan introspeksi diri terhadap apa yang membutuhkan perbaikan ke depan.