Tiba di Maros Besok, Ini Makna Pasukan Pembawa Petaka Kirab Satu Negeri GP Ansor
Petaka Kirab Satu Negeri (KSN) yang dibawa oleh GP Ansor akan tiba di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, besok
Penulis: Ansar | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Petaka Kirab Satu Negeri (KSN) yang dibawa oleh GP Ansor akan tiba di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Selasa (9/10/2018) besok.
Ketua GP Ansor Maros, Abrar Rahman mengatakan, Senin (8/9/2018) Kirab Satu Negeri bergerak dari lima daerah atau zona di Indonesia.
Pertama, zona pulau Sumatra yang bergerak dari pulau Sabang, lalu di Tarakan Kalimantan.
Ketiga yang bergerak dari Minggas di Sulawesi Utara. Keempat, zona Maluku dan kelima zona Papua yang bergerak dari Merauke.
"Pasukan pembawa Pataka Kirab Satu Negeri yang masuk ke Maros, merupakan zona tiga atau Mianggas," katanya.
Abrar mengatakan, 17 orang pembawa Bendera Merah Putih bermakna hari kemerdekaan Indonesia. Dan dalam sehari semalam umat Islam melaksanakan saalat wajib sebanyak 17 rakaat.
Lima titik berangkat peserta Kirab, juga merupakan simbol sila Pancasila, dan rukun Islam.
"Melalui Kirab Satu Negeri GP Ansor memandang, ada empat hal yang tengah terjadi di Indonesia saat ini," katanya.
Pertama ancaman dari sekelompok kecil orang yang ingin mengubah konsensus kebangsaan Indonesia yaitu, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.
Kedua, ada kelompok kecil yang menggunakan agama sebagai alat politik atau mempolitisasi agama, dan menggunakan agama sebagai sumber konflik.
Ketiga, warga yang sebenarnya toleran dan jumlahnya mayoritas, namun menjadi kalangan diam, sehingga suara kecil yang intoleran yang lebih mengemuka di pemberitaan.
Keempat, keprihatinan kondisi negara lain, khususnya dunia Islam yang dilanda konflik peperangan.
Kirab Satu Negeri bertujuan, supaya pemuda NU dapat mengokohkan konsensus atau kesepakatan bangsa Indonesia dalam menentukan dasar negara, yaitu Pancasila.
Kirab Satu Negeri juga bertujuan meneguhkan fungsi agama sebagai sumber kasih sayang. Agama tidak boleh dijadikan sumber kekerasan dan konflik.
Kirab juga mengajak warga untuk tetap mencintai kedamian untuk berani bicara.
Keempat, belajar dari pengalaman Indonesia yang majemuk, terdiri dari beragam suku, agama, bangsa, dan bahasa. (*)