Pakai Uang Rakyat, Berikut Daftar Fasilitas Diterima Ratna Sarumpaet untuk ke Cile, Tak Hanya Tiket
Rencana kepergian aktivis, Ratna Sarumpaet ke Cile, Amerika Selatan ternyata disponsori Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
TRIBUN-TIMUR.COM - Rencana kepergian aktivis, Ratna Sarumpaet ke Cile, Amerika Selatan ternyata disponsori Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemprov DKI menjadi sponsor sesuai surat yang diajukan Ratna Sarumpaet pada Oktober 2017 tahun lalu.
Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Asiantoro menyatakan, Pemprov DKI Jakarta memenuhi permohonan sponsorship Ratna ke Cile.
Pemprov DKI menanggung uang tiket, akomodasi, hingga uang saku Ratna.
“Untuk tiket, akomodasi, dan uang saku, kurang lebih Rp 70 jutaan,” kata Asiantoro kepada Kompas.com, Jumat (5/10/2018).
Menurut Asiantoro melalui keterangan tertulisnya, Ratna meminta bantuan sponspor kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan untuk mengikuti acara The 11th Women Playrights International Conference 2018 di Santiago, Cile.
Surat itu diterima Ratna pada 17 Oktober 2017.
Permohonan sponsorship kepada Pemprov DKI dikirimkan pada 31 Januari 2018.
Surat permohonan tersebut diterima Gubernur DKI pada 19 Februari 2018, kemudian didisposisikan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI.
“Disposisi Bapak Gubernur ke Dinas Parbud adalah difasilitasi dan didukung serta TL (tindak lanjut) sesuai ketentuan,” ujarnya.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI. kemudian mendisposisikan surat tersebut kepada Bidang Nilai Sejarah dan Budaya.
Kemudian ditindaklanjuti dengan membuat nota dinas ke Biro Administrasi Sekretariat Daerah (ASD) karena biaya perjalanan dinas merupakan Tupoksi Biro ASD.
“Dinas Parbud melakukan pengaturan perjalanan Ratna Sarumpaet sekaligus membantu berkoordinasi dengan pihak panitia Woman Playwrights International. Dan dijadwalkan Bu Ratna akan tampil di opening tanggal 7 Oktober 2018,” kata Asiantoro.
Ratna ditangkap pihak kepolisian di Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta saat hendak berangkat menuju Cile, Kamis (4/10/2018).
Dia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penyebaran kabar bohong atau hoaks.
Ratna dianggap melanggar Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Pidana Hukum dan Undang-Undang ITE Pasal 28 juncto Pasal 45 dengan ancaman 10 tahun.
Kuasa hukum Ratna, Insank Nasruddin, telah menegaskan bahwa kliennya berangkat ke Cile bukan untuk melarikan diri.
Ke Mana Uang Sumbangan Korban Kapal Tenggelam?
Sarumpaet beberapa hari lalu mengaku berbohong kepada publik telah dianiaya hingga wajahnya lebam.
Ternyata, lebam diwajahnya akibat operasi plastik.
Temuan dan penyidikan polisi sumber rekening yang digunakan untuk operasi plastik itu adalah rekening yang digunakan untuk mengumpulkan dana bagi musibah kapal tenggelam di Danau Toba, Sumatera Utara.
Robert Sidauruk, orangtua satu dari korban KM Sinar Bangun mengaku mengetahui kedatangan Ratna Sarumpaet ke Pelabuhan Tiga Ras Kabupaten Simalungun untuk meninjau korban-korban tenggelamnya KM Sinar Bangun.
Namun, selama ini dia tidak pernah mengetahui Ratna membuka rekening peduli Korban KM Sinar Bangun.
“Kami tidak pernah tahu kalau Ratna Sarumpaet pernah membuka rekening,” ujarnya saat ditemui Tribun Medan di Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Nomer rekening BCA 2721360727 pernah dibuka dan dijadikan menampung bantuan amal untuk ditujukan kepada keluarga korban tenggalamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba.
Melalui putrinya Atiqa Hasiholan, Ratna dan pada 29 Juni 2019 menghimpun dana mereka menganjurkan agar sumbangan ditransfer selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB besok harinya.
Namun, diduga uang dari rekening tersebut dipakai untuk membiayai operasi Ratna.
Robert Sidauruk, ayah Jaya Sidauruk (25) korban tenggelam Kecelakaan yang masih hilang hingga hari ini mengatakan tidak mengetahui apakah ada bantuan dari Ratna Sarumpaet.
Sepengetahuannya, bantuan Ratna tidak pernah sampai kepada keluarga-keluarga korban di Pulau Samosir, termasuk dirinya.
Menanggapi Ratna menggunakan rekening yang sama dalam proses biaya operasi,tentu Robert merasa terpukul.
Kata Robert, selaku ayah kandung keluarga korban dia tidak mempersoalkan jumlah besaran dana melainkan menilai Ratna memperdalam luka di atas duka para keluarga korban tenggelamnya KM Sinar Bangun, termasuk dirinya.
“Menurut kami, ini Ratna terlalu tega dan sudah pelecehan kepada kami para keluarga Korban KM Sinar Bangun. Kami tidak melihat jumlah besaran angka, tapi jangan duka kami dijual,” ujar Robert kesal.
Kepala Desa Simanindo ini juga berharap, Kepolisian dapat memproses kasus tersebut dengan bijak.
Apalagi, keluarga korban masih dilanda duka berkepanjangan.
Diwawancarai pada saat kejadian, Robert menuturkan Anaknya Jaya Sidauruk pernah bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK).
Namun, dua bulan sebelum kejadian Jaya tidak lagi bekerja sebagai ABK pada kapal penyeberangan Simanindo-Tigaras.
Entah mengapa,pada hari naas 18 Juni, putra sulungnya tersebut pergi ke kapal dan hari itu menjadi perpisahan terakhir bagi mereka setelah KM Sinar Bangun tenggelam.
Sebelum mengetahui anaknya sendiri yang menjadi korban, pasca kejadian dia malah masih ikut membantu membawa korban ke Puskesmas terdekat saat mengevakuasi korban dari Danau Toba.
Dirinya bahkan, tidak pernah menyangka ternya amaknya ikut korban di dalam kapal maut itu.
Maria Sidauruk,keluarga korban lainnya kepada Tribun mengatakan hal serupa.
Selama ini dia tidak tau menahu soal rekening yang dibuka Ratna Sarumpaet untuk membantu Keluarga Korban KM Sinar Bangun.
Maria mengatakan hal serupa, pasca kejadian hingga saat ini tidak ada berhubungan dengan Ratna ataupun pihaknya perihal aksi yang dilakukan ratna membuka dompet peduli KM Sinar Bangun.
Menyikapi Ratna, selaku keluarga korban Maria tentu merasa keberatan dan menilai Ratna tidak sewajarnya melakukan hal itu.
Selebihnya, Maria mengaku menyerahkan itu kepada pihak kepolisian saja.
Maria sedikitnya kehilangan 12 orang keluarga dekatnya yang di antaranya adalah keponakannya.
Saat itu, kata Maria perempuan kelahiran 1996 ini kerabat keluarganya berkumpul di Sihusapi, Samosir untuk menjalankan prosesi pesta tugu pada adat istiadat Batak.
Para kerabat keluarga yang sudah lama merantau, termasuk yang sudah lahir di perantauan pun pulang ke tanah leluhur mereka di Samosir ketika itu.
Tentu, sebut Maria moment itu saat yang tepat melepas rindu antar keluarga.
Namun, naas dan momen baik itu menjadi perpisahan terakhir bagi keluarga besar itu.(*)