Gempa di Sulteng
Cerita Korban Gempa Palu Asal Jeneponto: Beridiri Saja Susah, Saya Gendong Balita Lari 15 Kilo
Rumah Rahmi di Kelurahan Bantaya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, atau 87 kilometer dari kota Palu, hancur.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Hasriyani Latif
Laporan Wartawan TribunJeneponto.com, Muslimin Emba
TRIBUNJENEPONTO.COM, KELARA - Pascagempa dan tsunami Sulawesi Tengah, sejumlah warga asal Kabupaten Jeneponto, kembali ke kampung halamannya.
Seperti yang dilakukan Rahmi (44), ia pulang mengungsi ke kampung halamannya di Kampung Tolo, Kelurahan Tolo, Kecamatan Kelara, Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Ditemui di rumah pengurus Persatuan Jurnalis Independen (Panji) Rauf Sitaba, Jumat (5/10/2018) siang, Rahmi bercerita betapa dasyatnya gempa yang mengguncang kota Palu, Donggala dan sekitarnya.
"Sebelum Asar itu mulai ada gempa kecil, pas mau masuk maghrib sudah gempa besar. Kita sementara di dalam rumah, diguncang sampai berdiri saja susah karena setiap mau jalan ke luar rumah kita jatuh lagi ada 15 menit kita diguncang," tuturnya.
Saat gempa masih sementara berlansung, menurut Rahmi, ia bersama suaminya, Anwar (42) dan tiga orang anaknya berlari sejauh 15 kilometer menuju dataran tinggi tepat dikaki gunung Parigi Empu'.
Baca: Begini Kisah Heroik Perantau Asal Bulukumba yang Tewas Digulung Tsunami Palu
Baca: Polisi Tewas Akibat Gempa dan Tsunami Palu saat Akan Lamar Kekasihnya
"Mulai dari jam 6 Magrib itu saya lari sampai jam 12 malam baru tiba di kaki gunung (Parigi Empu'). Dua anak saya dikasih naik ke gerobak sama ayahnya (Anwar), sementara anak saya yang bungsu baru berumur lima bulan saya gendong pakai sarung ikat di punggung," ungkapnya.
Rumah Rahmi di Kelurahan Bantaya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, atau 87 kilometer dari kota Palu, hancur diguncang gempa dan terkena hempasan gelombang.
"Rumah saya pas di pinggir pantai, hancur waktu gempa sama sempat kena hempasan ombak, tegelnya terangkat semua, kapal hancur dan hanyut dibawa air," tuturnya.
Ia pun mengaku, hingga saat ini masih terauma dengan gempa berkekuatan 7,4 magnitudo itu.
Baca: Kisah Asisten 2 Pemkot Makassar Selamatkan Diri saat Gempa di Palu
Baca: Kisah Perjuangan Suami Selamatkan Istri Hamil Besar, Anak dan Mama dari Gempa Palu
"Sampai sekarang, kalau saya dengar suara besar itu saya ingat itu gempa. Apalagi kalau dengar air, karena waktu itu saya lihat air di pantai surut lalu datang ombak besar," ungkapnya.
Sudah delapan tahun Rahmi merantau di Kabupaten Parigi, Sulawesi Tengah. Ia bersama suaminya Anwar, menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai nelayan.
Rahmi dan keluarganya tiba di Jeneponto, kemarin. Ia menuju Jeneponto dengan menumpangi mobil sewa Rp 3 juta yang dipinjamnya.
Sementara, Kordinator Divisi Monitoring dan Ivenstigasi, PANJI (Persatuan Jurnalis Independen) Rauf Ramli Sitaba, berharap agar Pemkab Jeneponto juga memberikan bantuannya ke para korban gempa asal Jeneponto.
"Tentunya kita berharap agar Pemkab Jeneponto, khususnya pemerintah Kecamatan Kelara, dapat memberikan juga bantuannya kepada warganya ini yang menjadi korban di Sulawesi Tengah," tuturnya.(*)