Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Gempa dan Tsunami di Palu Donggala

Ingin Berangkat ke Palu? Relawan Sebaiknya Siapkan Cadangan BBM

Untuk mendapat bensin, warga harus mengantre berjam-jam di SPBU. Mereka harus tertib di SPBU.

Penulis: Ansar | Editor: Suryana Anas
handover
Relawan Jurnalis Maros untuk korban gempa Palu, hanya mendapat tiga liter bensin usai antre di SPBU. 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe

TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Relawan atau warga yang ingin berangkat ke Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, sebaiknya menyiapkan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) atau bensin, minimal 150 liter.

Pasalnya, jika sampai di Sulawesi Tengah, warga akan kesulitan mendapatkan BBM. Sejumlah relawan yang mengendarai mobil, mulai was-was akan kehabisan bensin.

Seperti yang dialami oleh Relawan Jurnalis Maros. Mereka beranngkat ke Palu dengan membawa bantuan untuk korban gempa, Rabu (3/10/2018).

Tim menggunakan Toyota Avanza dengan kondisi tangki penuh bensin. Namun saat sampai di Palu, stok bensin di dalam tangki, terus berkurang.

Sementara mereka, tidak menyiapkan cadangan BBM yang cukup. Hal tersebut membuatnya, harus keliling dengan berjalan kaki mencari bensin.

"Kondisi Kota Palu, pascabencana gempa dan tsunami terus berbenah. Namun yang tetap memprihatinkan, bensin tetap menjadi barang langka bagi warga termasuk relawan," kata Koordinator Relawan Jurnalis, Adi Takdir.

Untuk mendapat bensin, warga harus mengantre berjam-jam di SPBU. Mereka harus tertib di SPBU. Pasalnya, sejumlah petugas masih berjaga ketat.

Pengambilan bensin dibatasi. Setiap warga hanya bisa membeli bensin dengan harga maksimal Rp 65 ribu. Namun saat telah mengantre panjang, warga kadang kena sial dan mendapat bensin dua sampai tiga liter.

"Kami sudah mengantre berjam-jam. Tapi malah dapat bensin tiga liter saja. Baru mobil yang dipakai," kata Adi.

Menurut Adi, sejumlah warga yang ingin pulang ke Sulsel, namun tidak berani lantaran takut kehabisan bensin saat sementara perjalanan.

"Ada mahasiswa Untad yang saya temui. Namanya Amalia Magfirah. Dia ingin pulang ke kampung halamannya du Baroko, Desa Pattirodeceng, Camba Maros. Namun terkendala bahan bakar," katanya.

Amalia berharap kondisi stok BBM di Palu bisa segera normal. Pasalnya, warga membutuhkannya untuk kebutuhan genset atau untuk mengungsi ke kampung halaman.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved