Gempa Palu
Guru Besar UNM: Untung Saya Bisa ke Gunung, Kalau Tidak, Mati!
Dr Andi Halilintar Lathief sempat kehilangan kontak sekitar sembilan jam. Dia ke Palu karena diundang wali kota.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Setelah kehilangan kontak sekitar sembilan jam, akhirnya telepon selular Guru Besar Universitas Negeri Makassar (UNM) Dr Andi Halilintar Lathief aktif lagi.
Ketua Forum Pembauran Sulsel mengabarkan kondisinya melalui pesan singkat (SMS) ke telepon selular Manager Produksi Tribun Timur.
'Doakan pak Kambie, saya baru lolos dari tsunami i palu, masih di pengungsian di gunung. Untung saya bisa mencapai gunung," tulis Halilintar pada pukul 02.25 wita, Sabtu (29/9/2018) dini hari.
Halilintar sebelumnya mengabarkan situasi awal gempa pada pukul 17.15 wita, Jumat (28/9/2018) sore.
"Maaf saya baru tiba di palu terus singgahlah gempa," tulis Halilintar, Jumat petang.
Setelah mengabarkan situasi sore di Palu itu, ponsel Halilintar tidak bisa dihubungi hingga Sabtu dini hari.
Seseorang mengaku ponakan Halilintar menyebar di media sosial permintaan doa untuk sang paman yang katanya terjebak di Hotel Swissbell, Palu.
Pada pukul 05.26 wita, tadi pagi, Antropolog Sulsel itu menyampaikan lagi perkembangan, "Sinyal jam 1 baru ada, lampu belum nyala. Untungx acara walikota belum. Dimulai Kalo. Kita sdh pada datang, wah lebih banyak korban.
Dilokasi itu yg paling banyak mati."
Halilintar ke Palu untuk mengikuti Festival Tomini.
Jumlah Meninggal 384 Orang, 29 Hilang, 540 Luka Berat
Update info korban gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kota Palu, Sulawesi Tengah, meningkat menjadi 384 orang.
Selain ratusan korban meninggal, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB), tercatat 29 orang hilang dan 540 luka berat.
Data tersebut merupakan pemutakhiran dari data yang sebelumnya dirilis BNPB pada pukul 10.00 WIB, yaitu 48 orang meninggal dunia dan 356 orang luka-luka, baik korban meninggal maupun luka berat disebabkan karena terdampak gempa dan tsunami.
"Korban disebabkan karena gempa dan tsunami," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho, di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018).
Saat ini, baru separuh dari jumlah korban meninggal yang berhasil diidentifikasi oleh Disaster Victim Identification (DVI) Polri.
Polri masih terus berupaya mengidentifikasi seluruh korban.
Menurut Sutopo, jumlah korban tersebut masih akan bertambah. Sebab, hingga saat ini, proses evakuasi masih terus dilakukan.
Namun demikian, belum seluruh daerah terjangkau petugas. "Jumlah masih akan terus bertambah karena proses evakuasi terus dilakukan. Belum semua daerah terjangkau petugas," ujar Sutopo.
"Alat berat diperlukan, personel Tim SAR perlu ditambah," kata dia.
Hingga saat ini BNPB belum bisa menyampaikan jumlah korban terdampak gempa dan tsunami di Kabupaten Donggala.
Sebab, hingga saat ini listrik di wilayah tersebut masih padam sehingga menghambat komunikasi.
Sejak gempa mengguncang Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Jumat (28/9/2018) pukul 17.02, sejumlah gempa susulan terus terjadi di kawasan tersebut hingga Jumat malam.
Tercatat, setidaknya ada 13 gempa dengan kekuatan di atas magnitudo 5 sejak pukul 14.00 WIB hingga 21.26 WIB.(*)