Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Wawancara Khusus dengan Emil Dardak

Jurus Jadi Pemimpin Muda ala Emil Dardak, 'Tidak Ada Lagi Kata-kata Belum Saatnya'

Suami artis Arumi Bachsin kelahiran 20 Mei 1984 itu menjadi Wakil Gubernur Jawa Timur, mendampingi Khofifah Indar Parawansa, per Maret 2019.

Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Edi Sumardi
TRIBUN TIMUR/MUHAMMAD ABDIWAN
Wakil Gubernur terpilih Jawa Timur, Emil Dardak membawakan kuliah umum di kampus Fakultas Teknologi Industri (FTI), Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (19/9/2018). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Songkok to Bone lekat erat di kepala Wakil Gubernur terpilih Jawa Timur, Emil Dardak selama berada di kampus Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Muslim Indonesia (UMI), Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (19/9/2018) pagi hingga siang.

Emil, sapaannya, Pergi-Pulang (PP) Surabaya-Makassar hanya untuk narasumber kuliah umum 'Leadership, Innovation, Collaboration in Millennium Era' di hadapan setidaknya 515 mahasiswa baru FTI UMI.

Suami artis Arumi Bachsin kelahiran 20 Mei 1984 itu menjadi Wakil Gubernur Jawa Timur, mendampingi Khofifah Indar Parawansa, per Maret 2019.

Emil menjadi Bupati Trenggalek di Jawa Timur sejak 17 Februari 2016, pada usia 32 tahun.

Bersama Mochamad Nur Arifin, Emil memenangkan Pilkada Serentak Trenggalek tahun 2015 dengan 76,28 persen, sekaligus pasangan termuda dalam Pilkada serentak periode itu.

Pun Emil peraih gelar Doktor Ekonomi Pembangunan termuda di Jepang dari Ritsumeikan Asia Pacific University, pada usia 22 tahun.

"Menurut mahasiswa kami, dia adalah pemimpin generasi millennial, bahkan new millennial masa depan," ujar Dekan FTI UMI, Ir Zakir Sabara HW ST MT IPM ASEAN Eng.

Zakir mengatakan, melalui konsep ini diharapkan mampu menghadirkan suasana baru dan semangat baru dalam membangun ekosistem kampus yang adaptif dalam melahirkan generasi pelanjut negeri yang lebih baik.

"Kata kunci bertahan di era turbulensi ini adalah pengetahuan. Kalian harus terus belajar," ujar Emil.

Usai menyampaikan kuliah umum, Emil menjawab sembilan pertanyaan Fahrizal Syam dari Tribun Timur dalam wawancara khusus di sela perjalanan dari kampus FTI UMI menuju Hotel Myko.

Berikut petikannya:

Seperti apa Makassar dan Sulsel menurut Anda?

Saya lihat Makassar menjadi salah satu daerah di Indonesia yang bertumbuh pesat.

Banyak sekali akselerasi yang muncul akibat teknologi, SDM yang semakin terdidik, dan juga pembangunan yang berpihak pada pengembangan Sulsel.

Makassar menjadi gerbang yang strategis.

Makassar jadi mitra strategis Jawa Timur, penerbangan Surabaya-Makassar menjadi salah satu yang terpadat dan jalur perdagangannya juga.

Kita sama-sama mengemban tanggung jawab bagaimana Indonesia bisa jadi negara maritim, menjadi negara berbasis ilmu pengetahuan dan industri.

Kalau Jawa Timur dan Sulsel (Sulawesi Selatan) kompak, Insya Allah kita bisa mencapai target dalam bentuk penciptaan lapangan kerja berkualitas, dan menjadikan Indonesia makin kokoh di Asean maupun Asia Pasifik.

Anda jadi salah satu pemimpin daerah termuda di Indonesia, tanggapan Anda?

Saat yang sama Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohammad usianya sudah 90-an, Presiden Amerika Donald Trump 70-an.

Kita tak melihat usia itu sebagai penghalang, baik tua maupun muda.

Siapapun selama bisa membuktikan diri siap dan mampu, itu boleh diberi kesempatan.

Jangan lagi ada yang mengatakan terlalu muda.

Nanti dulu, kasih kesempatan untuk membuktikan diri, sebaliknya juga yang tua jangan didiskriminasi.

Kepada teman-teman pemuda, tidak ada lagi kata-kata belum saatnya, belum waktunya atau belum siap, karena kesempatan itu kita gak tahu kapan datang.

Jadi harus selalu mempersiapkan diri, kapan saja tanggung jawab bisa datang ke kita.

Anda jadi doktor di usia sangat muda, bagaimana Anda melakukan itu?

Tidak harus jadi standar ukuran kesuksesan bagi semua orang.

Semua punya pilihan sendiri.

Saya tidak mau mengatakan bahwa ukuran kesuksesan menjadi doktor termuda, gak selalu begitu.

Namun pada saat sudah menentukan jalur, tekuni itu.

Saya dari dulu memang punya satu cita-cita setelah membaca profilnya Soemitro Djojohadikoesoemo, beliau ekonom Indonesia termahsyur, lulusan Belanda dan jadi doktor di usia muda kurang lebih 24 atau 25 tahun.

Saya termotivasi untuk jadi doktor yang lebih muda lagi.

Akhirnya saya tekuni sampai akhirnya dapat beasiswa keluar negeri.

Jadi kalau ingin sesuatu, kejar itu!

Tak harus jadi tercepat atau termuda, dan lain-lain.

Apa impian Anda menjadi pemimpin muda di Indonesia?

Satu cita-cita kita, kita ingin menghidupkan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 2, ALKI 1 itu di Selat Malaka.

Selat Lombok ini ingin kita hidupkan.

Saat ini kami bersama kepala daerah dan Apdesi, kebetulan Gubernur Susel (Prof Dr Nurdin Abdullah) adalah Sekjen, saya Waketum.

Kita bikin pelayaran selatan, dulu yang cuma ngangkut 1000 ton semen, hari ini sudah bisa 3 ribu ton diangkut.

Harapan kami, setelah selatan ini berkembang, maka akan nyebrang ke Selat Makassar, Palu, Bitung, dan setelah itu kita baru bisa kuasai Asia Pasifik, Asia Selatan, 10 atau 20 tahun ke depan.(fahrizal syam)

Berita ini telah terbit pada harian Tribun Timur edisi, Kamis (20/9/2018) dan bersambung pada edisi, Jumat (21/9/2018).

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved