Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pakai Motor Trail ke Rampi, Kapolres Luwu Utara: Medannya Berat

Boy dan rombongan berangkat menggunakan motor trail pada Selasa (11/9/2018) dan kembali ke Masamba Kamis (13/9/2018).

Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Anita Kusuma Wardana
HANDOVER
Kapolres Luwu Utara AKBP Boy FS Samola (tengah) foto bareng warga Rampi. 

Laporan Wartawan TribunLutra.com, Chalik Mawardi

TRIBUNLUTRA.COM, MASAMBA - Kapolres Luwu Utara, AKBP Boy FS Samola, melakukan kunjungan kerja ke Kecamatan Rampi.

Boy dan rombongan berangkat menggunakan motor trail pada Selasa (11/9/2018) dan kembali ke Masamba Kamis (13/9/2018).

"Medannya cukup berat. Jalan cukup terjal dengan jurang di samping," ucap Boy, Jumat (14/9/2018).

Di Rampi, kapolres yang dikenal ramah itu meresmikan Pasar Tradisional di Desa Onondowa, memantau pembangunan Pos Polisi, dan patroli di perbatasan Kabupaten Luwu Utara dengan Sulawesi Tengah.

"Untuk pasar tradisional, antusias warga luar biasa. Tujuan kami untuk memotivasi masyarakat setempat supaya berkebun," tutur Boy.

Secara terpisah, masyarakat Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, merasa belum merdeka di usia ke-73 tahun Indonesia.

Itu karena infrastruktur jalan di kecamatan mereka masih sangat buruk.

Warga Rampi, Frans Aris Paelo mengatakan, jarak Rampi dari Masamba (Ibu Kota Luwu Utara) hanya 86 kilometer.

"Tapi ditempuh sampai satu hari menggunakan sepeda motor yang sudah dimodifikasi," kata Frans beberapa waktu lalu.

Akses ke Rampi didominasi jalan setapak yang membelah gunung.

"Jalannya sangat sempit dan banyak jurangnya, makanya laju motor sangat lambat," katanya.

Frans menyebut, baru sedikit jalan ke Rampi yang tersentuh pembangunan pemerintah sejak Indonesia merdeka.

"Makanya kami mengaku belum merdeka, karena jalan ke daerah kami saja masih berupa jalan setapak," katanya.

Rampi tepat berada di perbatasan Sulsel dengan Sulteng.

Enam desa di kecamatan terpencil tersebut dihuni 3.164 penduduk.

Sebenarnya ada akses transportasi udara menggunakan pesawat fokker dari Masamba ke Rampi.

Hanya saja belum bisa memenuhi kebutuhan warga.

Cuaca yang kerap tidak bersahabat juga selalu jadi pemicu batalnya penerbangan.

Kala cuaca buruk dan jalan berlumpur, warga terpaksa jalan kaki ke Rampi.

"Kalau jalan kaki biasa dua hari dua malam baru sampai, itupun kita harus membawa bekal," katanya.

Di Rampi, tidak ada pula listrik dan jaringan internet.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved