Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Haul ke-73 KH. Daeng Digelar di Masjid Raya Al Hurriyah Tinambung Polman

Nama K.H Daeng diabadikan sebagai nama jalan dalam wilayah Kabupaten Majene, pada masa pemerintahan H.Abdul Rasyid Sulaiman

Penulis: Nurhadi | Editor: Anita Kusuma Wardana
HANDOVER
Haul ke-73 KH. Daeng Digelar di Masjid Raya Al Hurriyah Tinambung Polman 

Nama K.H. Daeng yang masyhur dan akrab di telinga masyarakat Mandar pada umumnya, adalah Kiai Haji Daeng, ( Puaji Daeng ) karena masyarakat pada saat itu sangat menghormati beliau, oleh karena masyarakat tidak mau menyebut nama secara langsung sehingga disebutlah KH Daeng (bahasa Mandar Poayi Daeng. red).

K.H. Daeng adalah putra dari K.H. Harun bin Rasyid putra bangsawan dari Banggae yang juga menyandang sebagai ulama dari tanah Mandar, sedangkan ibunya bernama Tanri (Puanna Ramuna) adalah seorang putri bangsawan Mandar cucu dari Jallanlino Mara’dia Topeyang, sehingga K.H. Daeng bukan hanya seorang ulama namun mengalir dalam darahnya mengalir darah ningrat yang bersendi Sara’.

K.H Daeng adalah anak pertama dari 5 bersaudara yaitu: K.H. Muhyiddin (Camba), Hj. Nuraeni (Binanga), K.H. Muhammad Said, dan Siti Fatima.

Dakwah yang dilakukan oleh K.H. Daeng bukan hanya dalam tataran berceramah dan pengajian namun dakwahnyapun dilakukan melalui washilah silaturahmi melalui pernikahan. K.H. Daeng menikah untuk pertama kalinya adalah dengan istrinya bernama Bengo, putri bangsawan Mandar dan Pa’bicara Kayyang di Balanipa dan melahirkan 3 orang putra (diseburkan di atas).

Ketiga anaknya juga menjadi kiai, ulama penerus ayahandanya yang tercinta. Kemudian beliau menikah dengan seorang putri bangsawan bernama Hj. Andi Suri ( Daenna Sokori ) dan melahirkan 2 putri Hj. Warda Kanna Yendeng dan Hj Raehan Daenna Ridu.

Kemudian menikah dengan Habibah dan melahirkan 2 putri Aisyah Kanna Sani dan Mariatul Qibtiyyah Puanna Kaeni. saudara K.H Muhammad As’ad bernama KH. Muhammad Said menikah dengan putri bangsawan Bulukumba beliau ke tanah suci Makkah untuk belajar di sana, kemudian kembali ke Bulukumba dan wafat dan dimakamkan di Bulukumba.

K.H.Daeng memiliki segudang kharismatik yang turun-temurun sampai ke anak, cucu, cicit dan buyutnya. Spirit keislaman yang menjadi dasar bahwa K.H. Daeng mencintai masyarakatnya dengan sikap tawadhu yang dimilikinya serta mengajarkan kepada kita untuk senantiasa Taqarrub kepada Ilahi pencipta alam semesta Allah SWT.

Pendidikan KH. Daeng

Menurut Sumber yang valid dari beberapa informan bahwa Kiai Haji daeng berguru ke luar daerah dan bahkan sampai ke tanah suci Makkatul Mukarramah selama 5 tahun, beliau mengkhatamkan Al-qur’an pada saat beliau masih muda.

K.H Daeng sejak kecil senang membaca Al-quran dan membaca kitab-kitab kuning milik ayahandanya sehingga tidak mengherankan bagi kita, beliau mampu membaca kitab kuning dalam usia muda dan mampu mengkhatamkan Al-qur’an.

Sejak kecil K.H Daeng rajin ikut berdakwah bersama ayahandanya K.H Harun. K.H Daeng sewaktu masih belia dididik langsung ayahandanya K.H Harun membaca kitab kuning (Kitab Gundul).

Beliau untuk lanjutkan pendidikannya bersama dengan seorang nelayan dengan memakai kapal layar ( Kapal Sandeq ) pada waktu itu. Selama 5 tahun di Makkah mengikuti pengajian kepada para ulama yang ada disana, beliau juga menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu 'Haji'.

KH Daeng berhasil mendidik ketiga putranya dalam bidang agama dan semuanya mampu membaca kitab kuning dengan baik dan mantap dan Alhamdulillah menjadi ulama besar di tanah Mandar.

Guru dan Murid KH. Daeng

Gurunya yang pertama adalah ayahandanya sendiri, kemudian guru K.H Daeng di tanah suci Makkah adalah seorang ulama besar yang ada di Arab Saudi pada saat itu.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved