Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cerita Perawat RS Wahidin Sudirohusodo Jadi Relawan di Lombok, Rindu Istri Hingga Makan Makanan Basi

Aswedi mengatakan, ketika tiba di Lombok 6 Agustus lalu, kondisi para korban sangat memprihatinkan.

Penulis: St Hamdana Rahman | Editor: Anita Kusuma Wardana
HANDOVER
Relawan gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat, utusan RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan, Aswedi Winardi. 

Laporan Wartawan TribunWajo.com, St Hamdana Rahman

TRIBUNWAJO.COM, TEMPE - Bencana gempa yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, menggugah sisi kemanusian banyak pihak.

Sejumlah relawan dari seluruh Indonesia termasuk Sulawesi Selatan pun berangkat ke provinsi yang dijuluki Pulau Seribu Masjid tersebut untuk membantu para korban.

Salah satu perawat RS Wahidin Sudirohusodo, Aswedi Winardi menceritakan pengalamannya kepada TribunWajo.com selama menjadi relawan di Lombok.

Aswedi mengatakan, ketika tiba di Lombok 6 Agustus lalu, kondisi para korban sangat memprihatinkan.

"Bantuan logistik masih minim. Korban kedinginan karena mengungsi di tenda terbuka, sementara tak ada selimut," jelas alumni UIN Alauddin Makassar itu kepada TribunWajo.com, Rabu (15/8/2018).

Aswedi mengaku air matanya hampir menetes dalam proses evakuasi menemukan korban dengan kondisi luka cukup parah.

"Sangat iba melihat keadaannya. Rumah hancur, badan luka-luka, belum lagi dilingkupi keresahan bencana tsunami," papar pria asal Kota Palopo itu.

Menurut anak kedua dari enam bersaudara tersebut, awalnya sangat menegangkan berada di sana, apalagi saat terjadi gempa bermagnitudo 6,2.

"Sejak tiba di lombok 6 Agustus lalu, hampir tiap hari gempa. Tapi paling menegangkan saat 9 Agustus, guncangannya sangat besar," jelas alumni UIN Alauddin Makassar itu kepada TribunWajo.com melalui pesan WhasApp.

Papar Aswedi, beberapa relawan pun sempat diare dan muntah-muntah karena melahap makanan basi.

"Itu jatah makan siang tapi dimakannya malam karena banyak yang harus kami kerjakan jadi lupa memakannya. Makanan sudah tertelan ternyata basi," tuturnya.

Rencananya, dia di sana hanya seminggu. Beberapa relawan sudah pulang duluan. Namun Aswedi memilih bertahan karena masih ingin membantu Puskesmas setempat memperbaiki manajemen pengobatan dan sistem rawat inap.

Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin itu menuturkan, selama di sana sangat merindukan istri.

"Harusnya kan di sini cuma seminggu, tapi karena tidak memungkinkan untuk pulang jadi ditambah hingga dua minggu. Rindu istri sih tapi saya merasa Indonesia butuh kami," terangnya.

Aswedi berangkat ke Lombok bersama enam relawan lainnya utusan RS Wahidin Sudirohusodo Makassar terdiri dari lima dokter dan dua perawat.

Dia berangkat bersama rombongan tim gabungan dokter Universitas Hasanuddin yang dipimpin Prof Idrus Paturusi.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved