Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tanggapan Kang Emil, Ruhut, hingga Pakar IPB Soal Polling yang Banyak Menangkan Prabowo-Sandi

Dari polling twitter yang telah dilakukan, ternyata pasangan Prabowo-Sandiaga Uno memperoleh suara terbanyak

Editor: Ilham Arsyam
Ridwan Kamil 

 

Harap dicatat disini bhw “dapat dipercaya” itu tidak sama dengan “benar”. Begitu juga “tidak dapat dipercaya” itu tidak sama dengan “salah”.

Dapat dipercaya disini artinya akurasinya terukur, risiko salahnya terukur, dan presisinya terukur pula.

Apa syarat dari metode pengumpulan data agar sahih? Syarat pertama, “sample” yg kita pilih merupakan representasi dari “population”.

Jadi “sample” itu haruslah mrp miniatur dari “population” dan sample itu bagian dari “population” yg ingin diprediksi.

Bagaimana agar “sample” itu representatif? “Sample” bisa representatif jika “sample” itu ada dalam kendali kita. Jadi “sample” itu harus terkendali. Pengendalian ini sangatlah penting.

Pengendaian di sini maksudnya kita tahu bhw “sample” yg terpilih adalah anggota dari “population”. Selain itu “sample” yg terpilih bukanlah sembarang orang (“voluntary”) melainkan orang yg terpilih. Jadi sample itu dipilih, bukan sembarangan.

Bagaimana memilih “sample” supaya data yg terkumpul sahih? Banyak cara untuk memilih “sample” ini. Disini diperlukan pemahaman ilmu statistik agar dapat memilih “sample” yg sahih.

Tapi apa pun teknik memilih “sample”nya prinsipnya adalah “sample” dipilih dari “population” menggunakan teknik peluang (“probability”) tertentu.

Mengapa pakai teknik peluang? Supaya risiko salahnya terukur dan supaya hasilnya tdk berbias. Lagi2 ini perlu ilmu statistik.

Syarat kedua dari metode pengumpulan data agar sahih adalah jumlah “sample”nya cukup. Ukuran “sample” mencerminkan akurasi dan juga presisinya.

Nah, sekarang bagaimana dengan polling via twitter? Ada banyak kelemahan dari polling twitter shg tidak sesuai dengan kaidah ilmiah. Ini menjadi masalah ketika akan kita gunakan untuk menyimpulkan populasi, khususnya populasi rakyat Indonesia.

 

Pertama, siapa yg menjadi populasinya ketika kita melakukan polling via twitter? Kita tdk bisa mengatakan bhw pengguna twitter adalah populasi Indonesia. Tidak bisa juga dikatakan bhw semua pengguna twitter berhak memilih. Tidak ada jaminan bhw satu org hanya punya satu akun.

Kedua, siapa yg menjadi “sample”nya? Apakah teknik peluang bs digunakan disini? Sayangnya tdk bs digunakan krn yg ikut polling twitter bukan mereka yg terpilih tetapi mereka yg mau ikut polling saja. Juga brp jumlah “sample” yg tepat utk mencapai akurasi dan presisi tertentu?

Berbagai kelemahan tsb menjadikan data yg terkumpul tidak sahih adanya, sehingga sulit mengetahui akurasi dan presisinya. Jadi hasil polling twitter tidak layak untuk dipercaya.

Dari uraian itu jelas masalah utama dari polling twitter adalah yg melakukan polling tidak bisa mengendalikan “sample” dan “populasinya”. Seandainya kita bisa mengendalikannya, maka kita bisa mendapatkan data yg valid. Tapi apakah mungkin dilakukan pengendalian itu?

Sependek pengetahuan saya pengendalian “sample” dlm polling twitter sangat sulit dilakukan. Mengapa? Karena kita tdk bisa memilih “sample”nya, tdk bisa memastikan apakah yg mengisi orang Indonesia, apakah berhak memilih atau tdk, bahkan kita tidak bisa menolak robot.

Hal penting lainnya karena wawancara tidak mungkin dilakukan dlm polling twitter maka sulit melakukan verifikasi atas kebenaran atau kejujuran jawaban yg diperoleh.

Demikianlah mengapa hasil polling via twitter tidak layak dipercaya, dan cukup sebagai hiburan saja..

Terimakasih dan tabiiiiiik...!!!," tulis Khairil.

Cara beda Rafly Harun

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun turut meramaikan polling yang diadakan oleh para tokoh politik maupun akun-akun media sosial dengan pengikut yang banyak.

Jika para tokoh membuat polling melalui Twitter, berbeda dengan Refly Harun yang membuat polling melalui Instagram.

Namun, Refly tidak terang-terangan menyebut ini sebagai polling.

 

Ia mengatakan dengan istilah 'testing the water'.

Kedua pasangan calon (paslon) pun tidak diunggah Refly dalam satu postingan.

Mulanya, Refly mengunggah foto Joko Widodo (Jokowi) dan Maruf Amin pada 10 Agustus 2018.

Foto yang diunggah pun juga terlihat formal dengan jas yang dipakai oleh keduanya.

Selain itu dihias dengan grafis nuansa merah dan putih.

"180810. Testing the water, berapa banyak yg like," tulis @reflyharun pada Instagramnya.

Setelah tiga hari berselang, Refly mengunggah foto paslon yang lain yakni Prabowo dan Sandiaga Uno.

Refly mengunggah foto keduanya saat pemeriksaan kesehatan dengan mengenakan baju khas pasien test kesehatan.

"180813. Testing the water juga, kalau ini banyak yang like," tulis Refly.


Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved