Gerhana Bulan Total atau Blood Moon
Gerhana Bulan Juli 2018, Total Blood Moon - 8 Fenomena Langit saat 28 Juli, Ada Hujan Meteor Juga
Awal tahun lalu, Bumi disuguhi fenomena langit berupa gerhana bulan total. Gerhana bulan total selanjutnya diprediksi akan muncul
TRIBUN-TIMUR.COM - Awal tahun lalu, Bumi disuguhi fenomena langit berupa gerhana bulan total.
Gerhana bulan total selanjutnya diprediksi akan muncul tanggal 28 Juli 2018 mendatang.
Ternyata di sisa tahun 2018 ini, fenomena langit yang terjadi rupanya bukan hanya gerhana bulan total super blood moon saja.
Terhitung ada 7 fenomena langit yang akan terjadi di sisa 2018 selain gerhana bulan total super blood moon berdasarkan situs Infoastronomy.org yang diterbitkan Desember tahun lalu.
1. 27 Juli 2018: Oposisi Mars
Planet Merah, karena berada di luar orbit Bumi, juga akan mengalami oposisi terhadap Matahari.
Pada kesempatan ini, mars akan berada pada jarak sekitar 55 juta kilometer dari Bumi.
Membuatnya tampak lebih besar (tapi tidak sebesar Bulan purnama) dan lebih terang dari biasanya.
Inilah saat terbaik untuk mengamatinya.
2. 28 Juli 2018: gerhana bulan total
Setelah 31 Januari 2018, pada tanggal ini gerhana bulan bisa diamati lagi di Indonesia.
Gerhana kedua dan terakhir tahun ini.
Kita bisa mulai mengamati gerhana bulan total ini mulai pukul 00.14 WIB, saat bulan purnama mulai memasuki bayangan penumbra bumi.
Selanjutnya gerhana parsial bisa diamati mulai pukul 01.24 WIB.
Sekitar satu jam kemudian, atau tepatnya pukul 02.30 WIB, gerhana total akan dimulai.
Bulan akan sepenuhnya masuk bayangan umbra Bumi pada pukul 03.21 WIB, yang mana ini merupakan puncak gerhana total.
Gerhana total akan terus berlangsung hingga pukul 04.31 WIB, menyisakan gerhana parsial yang akan berlangsung hingga 05.19 WIB.
Durasi fase gerhana total ini akan mencapai 1 jam 43 menit.
3. 28 Juli 2018: hujan meteor delta akuarid
Berbarengan dengan gerhana bulan total, hujan meteor delta akuarid akan mencapai puncaknya.
Walaupun cahaya bulan akan mengurangi intensitas hujan meteor ini, tapi kemungkinan kita bisa melihat satu dua meteor saat pengamatan gerhana.
Diperkirakan akan ada 5-10 meteor per jam untuk tahun 2018 ini.
Pengamatan bisa dilakukan mulai tengah malam sampai Matahari terbit.
4. 11 Agustus 2018: gerhana matahari parsial
Ya, terjadi tiga gerhana Matahari parsial tahun 2018 ini.
Sayangnya, yang ketiga pun tidak bisa diamati di Indonesia.
Gerhana parsial ini akan terlihat di bagian timur laut Kanada, Greenland, Eropa utara, dan Asia utara dan timur.
Gerhana ini paling baik diamati di bagian utara Rusia yang akan mengamati Matahari tertutupi 68 perseb oleh bulan.
5. 12 Agustus 2018: hujan meteor perseid
Hujan meteor selalu terjadi pada tanggal yang sama setiap tahun.
Kalau anda berpikir banyak sekali hujan meteor, mungkin anda baru mengenal peristiwa ini.
Perseids adalah salah satu hujan meteor terbaik yang bisa diamati, ia mampu menghasilkan hingga 60 meteor per jam pada puncaknya.
Berasal dari debris komet Swift-Tuttle, hujan meteor ini bisa diamati mulai malam tanggal 12 hingga menjelang matahari terbit tanggal 13 Agustus 2018.
Titik radiannya adalah rasi bintang Perseus.
6. 8 Oktober 2018: hujan meteor drakonid
Berbeda dengan Perseid, Drakonid merupakan hujan meteor minor atau berintensitas kecil.
Diperkirakan hanya ada sekitar 10 meteor per jam saat puncaknya.
Hujan meteor yang berasal dari debu yang ditinggalkan oleh komet 21P Giacobini-Zinner ini bisa diamati mulai tengah malam sampai Matahari terbit.
Tahun 2018 akan menjadi tahun yang sangat baik untuk mengamati Drakonid karena tidak akan ada cahaya bulan yang bisa merusak pertunjukan.
Carilah lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya.
Titik radian hujan meteor ini adalah rasi bintang Drako.
7. 5 November 2018: hujan meteor taurid
Taurid adalah hujan meteor minor yang puncaknya berdurasi panjang.
Walau hanya mampu menghasilkan sekitar 5-10 meteor per jam, hujan meteor yang berasal dari asteroid 2004 TG10 ini bisa diamati mulai 7 September sampai 10 Desember, dengan puncaknya yang terjadi pada malam 5 November.
Tentunya, titik radian hujan meteor ini adalah rasi bintang Taurus.
8. 17 November 2018: hujan meteor leonid
Terjadi di awal-awal musim hujan, hujan meteor Leonid tahun ini diperkirakan bakal menghasilkan hingga 15 meteor per jam pada puncaknya.
Uniknya, hujan meteor ini memiliki siklus puncak setiap 33 tahun, di mana ratusan meteor per jam dapat terlihat.
Siklus terakhir Leonid terjadi pada tahun 2001, sehingga kita harus menunggu hingga tahun 2034 untuk melihat Leonid yang muncul ratusan meteor
Nah itulah kira-kira fenomena langit yang terjadi di sisa 2018 selain gerhana bulan total super blood moon.(*)