Akui Minim Fasilitas, Dirut RSU Puang Sabbe Anggeraja Minta Perhatian Pemerintah
Saat ini kondisi RSU yang dipimpinnya sangat jauh dari kondisi idealnya sebuah rumah sakit.
Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Hasriyani Latif
Laporan Wartawan TribunEnrekang.com, Muh Azis Albar
TRIBUNENREKANG.COM, ENREKANG - Legislator Partai Keadilan Sejahatera, Andi Aswan, menyoroti kondisi fasilitas dan layanan Rumah Sakit Umum (RSU) Puang Sabbe, Kecamatan Anggeraja karena dianggap tidak memadai.
Menanggapi hal itu, Direktur RSU Puang Sabbe, dr Johan, tak membela diri. Ia justru membenarkan hak disampaikan Andi Aswan.
Menurutnya, saat ini kondisi RSU yang dipimpinnya sangat jauh dari kondisi idealnya sebuah rumah sakit.
Pasalnya, fasilitas dan peralatan kesehatan masih sangat minim ditambah lagi dengan minimnya jumlah tenaga medis membuat rumah sakit yang dipimpinnya jauh dari kata memadai.
Jumlah perawat di RSU Puang Sabbe mencapai 77 orang terdiri dari 17 PNS sementara 60 tenaga honorer.
Baca: Legislator PKS Enrekang Soroti Minimnya Fasilitas RSU Puang Sabbe Anggeraja
Baca: Ratusan Tenaga Medis Demo, Pelayanan di RSUD Prof Anwar Makkatutu Bantaeng Tetap Berjalan
Sementara ketersediaan dokter juga masih jauh dari harapan, lantaran hanya memiliki dua dokter umum termasuk dr Johan.
Bahkan ruang inap dan bangsal yang tersedia hanya terdapat delapan riangan rawat inap pasien.
"Iya memang harus diakui kondisi itu, karena peralatan dan tenaga medis kita sangat minim, jadi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita hanya berupaya melayani pasien dengan kondisi yang ada saat ini," kata dr Johan kepada TribunEnrekang.com, Kamis (19/7/2018).
Ia menjelaskan, RS tipe D tersebut memang sejak dihibahkan ke Pemda Enrekang sejak 2015 lalu belum pernah mendapat suntikan anggaran rehabilitasi dan pengadaan fasilitas dari pemerintah.
Meski tiap tahun anggaran yang masuk sekitar Rp 800 juta hingga Rp 900 juta, tapi anggaran tersebut memang untuk operasional RSU yang didalamnya termasuk gaji pegawainya.
"Tiap tahun anggaran yang masuk hanya anggaran operasional sekitar Rp 800-900 juta, tak ada anggaran pengadaan alat, dan itu sangat kecil jumlah untuk menjalankan dan melengkapi layanan rumah sakit," ujarnya.
Tak heran jika jumlah pasien yang berkunjung ke RSU Puang Sabbe hanya mencapai 2-5 orang setiap harinya atau 40-60 pasien per bulannya.
Padahal lanjut dr Johan, RSU tersebut punya potensi menjadi rujukan setiap puskesmas dari enam kecamatan yang berdekatan dengan lokasi RSU Puang Sabbe.
Ia pun berharap, Pemda Enrekang bisa memperhatikan kondisi RSU Puang Sabbe agar bisa beroperasi secara maksimal.
RSU Puang Sabbe sendiri sebelumnya merupakan Rumah Sakit Bersalin milik swasta kemudian diwakafkan ke Pemda Enrekang sejak tahun 2015 lalu.
Selanjutnya, Pemda Enrekang mengubahnya menjadi Rumah Sakit Umum (RSU).(*)