Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilkada Bantaeng

Dua IRT di Pajukukang Laporkan Dugaan Politik Uang Paslon IlhamSAH

Keduanya mengaku diajak memilih Paslon Bupati Bantaeng nomor tiga Ilham Azikin-Sahabuddin (IlhamSAH) dan diberi uang Rp 100 ribu.

Penulis: Edi Hermawan | Editor: Anita Kusuma Wardana
zoom-inlihat foto Dua IRT di Pajukukang Laporkan Dugaan Politik Uang Paslon IlhamSAH
HANDOVER
Dua orang Ibu Rumah Tangga (IRT) yakni Sanang dan Jamila warga Dusun Sunggu Manai, Desa Pajukukang, Kecamatan Pajukukang melaporkan dugaan money politik yang dilakukan oleh Paslon Bupati nomor urut tiga.

Sementara itu, Tim Hukum paslon Bupati Bantaeng nomor dua, Andi Sugiarti Mangun Karim-Andi Mappatoba (Sumanga'na), Muhammad Nur Fajri mengapresiasi kesigapan Panwas Kevamatan Pajukukang dalam merespon laporan warga.

Dia berharap Panwas pada kecamatan lain juga bisa meneladani kerjasama antara panwas dan kepala dusun seperti yang dipraktekkan Andi Bunga dan Gassing Tepu.

"Kami menduga kuat praktek politik uang dengan modus yang sama juga terjadi di semua kecamatan," tuturnya.

Sementara itu, Ketua Panwaslu Bantaeng Muhammad Saleh membenarkan adanya laporan dugaan politik uang tersebut.

"Sekarang sementara diproses di Panwascam Kecamatan Pajukukang didampingi oleh personil Sentra Gakkumdu Panwas Kabupaten," ujarnya.

Namun demikian, pihaknya mengaku semua itu masih dugaan sebab masih sementara dalam proses. 

Sementara itu, Juru Bicara (Jubir) Paslon Bupati Bantaeng nomor urut tiga dengan tagline IlhamSAH, Nur Wahni lewat rilis tertulisnya.

Dia menjelaskan bahwa relawan dari simpatisan IlhamSAH saat itu melakukan pertemuan di Desa Pajukukang.

Pertemuan itu sebagai tindak lanjut dari permintaan KPU untuk meningkatkan partisapasi pemilih di Bantaeng.

"Setelah pertemuan selesai, ibu-ibu yang hadir pada pertemuan itu diberi biaya transportaai untuk sosialisasi di daerahnya masing-masing," ujarnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa beberapa hari kemudian, aparat desa mengetahui hal itu lalu mendatangi salah satu ibu yang hadir pada pertemuan yang digelar tersebut.

Ibu-ibu dumaksud lalu dibawa ke rumah salah satu aparat desa, lalu diinterogasi dan diintimidasi beramai-ramai.

Dia dipaksa mengaku diberi uang tanpa keterangan apapun lalu difoto untuk konsumsi media sosial.

"Yang aneh menurut kami dari hal ini adalah karena aparat desa malah lebih dulu mengonfirmasi tim hukum dari salah satu paslon lain dan bukan langsung melapor ke Panwaslu," tambahnya.

Sehingga menimbulkan kehhawatiran bahwa ada desain yang sengaja dilakukan untuk merusak nama baik kandidatnya. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved