Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Refleksi Ramadan

REFLEKSI RAMADAN (19): Di Amerika, Salat Idulfitri Digelar di Kompleks Pendidikan Kristen

Beberapa tahun setelah saya kembali ke Indonesia, kawan-kawan Muslim Indonesia di sana mendirikan masjid sendiri, Masjid Al-Falah

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Wahyuddin Halim 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Berbeda dengan di Kanada, penampakan Muslim di sejumlah kota di Amerika Serikat (AS) cukup menonjol. Di Philadelphia, Pennsylvania, misalnya, tak sulit menjumpai warga Muslim Amerika. Yang laki-laki ditandai dengan peci “haji” berbagai warna; perempuan dengan hijab atau jilbab berbagai model.

Di ibu kota pertama AS itu, warga keturunan Afrika atau kulit hitam memang cukup dominan. Mayoritas Muslim kelahiran AS di sana juga dari kalangan ini. Secara nasional, Pew Research Center menemukan pada 2011, 40 persen Muslim kelahiran AS keturunan Afrika. Belakangan baru disaingi imigran Muslim dari Timur Tengah dan Asia Selatan.

Di Philadelphia, ada beberapa Pusat Islam yang mengelola masjid: Al-Aqsa Islamic Society, Masjid Muhammad dan United Muslim Mosque.

Di antara masjid terbesar itu,  “Makkah Masjid” yang dikelola Hyderabad House Inc, organisasi nirlaba yang didirikan warga keturunan India-Pakistan. Masjid yang persis berdampingan dengan sebuah gereja ini dapat menampung sekitar 700 jamaah.

Di kota ini terdapat dua perguruan tinggi besar: Universitas Pensylvania (Upenn), yang termasuk delapan universitas elit di Amerika (Ivy League), dan Universitas Temple, di mana saya berkuliah S2 bidang kajian agama-agama pada 2003-2005.

Universitas Temple memiliki jurusan kajian Islam yang reputasi akademiknya di antara yang terbaik di AS. Mungkin karena di sini pernah mengajar sarjana dan pemikir Islam kaliber dunia seperti Ismail Raji’ al-Faruqi, Lamiya al-Faruqi, Seyyed Hossein Nasr, Mahmoud M Ayoub, dan Khalid Y Blankinship.

Jarak Makkah Masjid dengan Universitas Temple cukup dekat, sekitar dua blok. Makanya, banyak mahasiswa Muslim dari kampus tersebut bersalat Jum’at di sana. Beberapa professor Muslim dari Jurusan Agama Temple juga menjadi khatib tetap di masjid ini.

Selama kuliah di Temple saya dan keluarga tinggal di apartemen berlantai tiga persis di samping Makkah Masjid, yang juga dimiliki oleh Hyderabad House Inc. Sewanya jauh lebih rendah daripada standar normal di kawasan yang sama.

Prioritas penghuni untuk keluarga Muslim, terutama pelajar luar negeri. Makanya, sejak lama beberapa kamar apartemen ini sudah jadi langganan mahasiswa Indonesia.

Syaratnya, harus bisa turut memakmurkan Makkah Masjid. Makanya, selama tinggal di sana, saya pernah berperan sebagai imam rawatib, muazzin Jumat, dan naib khatib.

Selama Ramadan, aktivitas komunitas Muslim di Philadelphia cukup menonjol. Banyak masjid lokal menawarkan penganan berbuka, juga kelas pendidikan agama.

Toko-toko bahan makanan “halal”, toko buku Islam, dan busana Muslim tidak sulit dijumpai di sudut-sudut kota.

Warga Indonesia di sana cukup besar, ditaksir sekitar 5000-an. Bahkan, ada kawasan kota di mana “cita rasa Indonesia” begitu kentara.

Warga Muslim sekisar 500-an dan cukup aktif mengadakan pengajian dari rumah ke rumah. Selama di sana, saya seringkali membawakan ceramah agama, termasuk saat Ramadan.

Juga sekali menyampaikan Khutbah Idulfitri, bertempat di aula dalam kompleks pendidikan Kristen. Dihadiri sekitar 300-an jamaah asal Indonesia dan Malaysia.

Beberapa tahun setelah saya kembali ke Indonesia, kawan-kawan Muslim Indonesia di sana mendirikan masjid sendiri, Masjid Al-Falah.

Sejak itu, hampir semua aktivitas sosial, ibadah dan dakwah Islam warga Muslim Indonesia di Philadelphia dipusatkan di sana.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved