Pejuang Kemanusiaan dari Timur
Ishak Ngeljaratan Bukan Toleransi Melainkan Akseptansi Beragama
Di toleransi identitas saya melebur menjadi kami.Sedangkan di akseptansi, identitas saya tetap ada dan diterima orang lain.
Penulis: AS Kambie | Editor: Thamzil Thahir
Di mata Qasim, Ishak selalu melihat Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena hanya pada manusia ada kekuatan kemanusiaan. Dengan kemanusiaan itu pula manusia sanggup menghargai segenap makhluk selain dirinya. Ruh kemanusiaan itulah yang membuat Ishak Ngeljaratan tetap hadir di tengah-tengah kita," ujar Qasim kepada Tribun.
***
Menetap di Makassar sejak dekade 1950-an, Ishak banyak melihat, merasakan dan berinteraksi dengan pelaku dan akademisi budaya di Sulsel.
“Pak Ishak itu angkatan dosen pertama Fakultas sastra Unhas. Beliau dosen seangkatan dengan Prof Mattulada dan Prof Mister Zainal Abidin Farid MS,” ujar Dahlan Abubakar MA, kandidat doktor ilmu sastra dan budaya dari Unhas, Senin (14/5/2018).
Dua nama yang diistilahkan ‘dosen seangkatan’ Ishak Ngeljaratan, oleh mantan Pemimpin Redaksi harian Pedoman Rakyat (1947-2007) ini, adalah dua mendiang guru besar ilmu budaya dan sastra dari Unhas.
Ishak, kata Dahlan, juga termasuk mahasiswa sekaligus dosen ‘terlama’ di Fakultas Sastra dan Budaya Unhas.
“Kalau saya hampir 10 tahun kuliah di Fakultas Sastra, karena asik jadi wartawan. Kalau Pak Ishak itu, lebih lama lagi, mungkin hampir 15 tahun, Kenapa? Selain dia aktif urus budaya dan sastra, Dia bilang semua yang mau menguji skripsi dia adalah mahasiswanya semua,” ujar mahasiswa Sastra Unhas angkatan 1972, M Dahlan Abubakar. (bie/zil)