Teror Bom Terkait ISIS, Ini Kisah WNI yang Tinggal di Suriah Kota ISIS, 'Semua Dijanjikan Bohong'
Perempuan berusia 19 tahun bernama Nur memutuskan meninggalkan Indonesia sekitar 22 bulan silam untuk hijrah ke Raqqa
TRIBUN-TIMUR.COM-- Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan bahwa aksi teror yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur pada Minggu (13/5/2018) dan Senin (14/5/2018) pagi ini merupakan perintah dari kelompok teror global Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.
"Kami sampaikan juga motifnya, serangan ini karena instruksi ISIS sentral. Mereka terdesak dan memerintahkan sel-sel lain di sluuruh dunia untuk bergerak," kata Tito Karnavian di Mapolda Jawa Timur, Surabaya, Senin.
Tito menjelaskan, serangan di Surabaya dan Sidoarjo ini bahkan terkait dengan serangan ISIS yang terjadi di Paris pada Sabtu (12/5/2018) lalu.
Lantas bagaimana sih kehidupan di Suriah, kota yang di kuasai sebagian oleh kelompok ISIS sehingga banyak muslim di seluruh dunia termasuk Indonesia ingin pergi ke Suriah.
Berikut kisah Nur, Warga Negara Indonesia yang pernah tinggal di Kota Raqqa Suriah, pusat ISIS.
Perempuan berusia 19 tahun bernama Nur memutuskan meninggalkan Indonesia sekitar 22 bulan silam untuk hijrah ke Raqqa, daerah yang diklaim kelompok ISIS sebagai ibu kota negara Islam.
Nur mengaku pindah ke Suriah setelah melihat foto dan video tentang negara Islam atau daulah Islamiyah yang diunggah ISIS ke internet.
Setelah hampir dua tahun berlalu, Nur bersama 15 warga Indonesia lain memutuskan meninggalkan Raqqa.
"Semua bohong ... ketika kami memasuki wilayah ISIS, masuk ke negara mereka, yang kami lihat sangat berbeda dengan apa yang mereka katakan di internet," kata Nur kepada wartawan AFP di satu kamp di Ain Issa, sekitar 50 kilometer di utara Raqqa.
Bersama ribuan orang lainnya, Nur meninggalkan Raqqa yang kini tengah digempur Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung oleh militer Amerika Serikat.
"Ayah dan saudara laki-laki saya dimasukkan ke penjara," ungkap Nur. Ketika keluarga Nur tiba di Raqqa, ayah dan saudaranya diminta menjadi milisi ISIS, padahal tadinya mereka mengira akan mendapat pekerjaan dengan gaji tetap.
Nur sendiri dikejar-kejar milisi ISIS yang ingin menjadikannya sebagai istri.
"Banyak milisi ISIS yang duda ... mereka menikah hanya dua bulan atau dua pekan saja. Banyak laki-laki datang ke rumah dan mengatakan ke ayah saya, saya ingin anakmu," kata Nur.
Wajahnya jelas menampakkan raut yang sangat kecewa.
Ia juga menceritakan bagaimana saudara laki-lakinya sering mendapat pertanyaan apakah punya saudara perempuan yang bisa dijadikan istri.