Cabai Merah Tembus 50 Ribu Sekilo Bisa Picu Inflasi
Cabai mahal tidak hanya terjadi di Sulsel di beberapa provinsi di Indonesia pun demikian.
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Hasriyani Latif
Laporan Wartawan Tribun Timur, Muhammad Fadhly Ali
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KP) Sulawesi Selatan (Sulsel) intens berkunjung ke beberapa pasar tradisional di Sulsel.
Sejak awal bulan ini, BI telah menyisir beberapa daerah yang jadi acuan Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel dalam penentuan inflasi.
Deputi Kepala BI KP Sulsel, Dwityapoetra Soeyasa Besar yang ditemui belum lama ini menuturkan, hasil dari kunjungannya ke pasar tradisional di Bulukumba, Parepare, dan Palopo harga cabai merah kian pedas.
"Kunjungan kami harga normalnya itu Rp 15 ribu per kilogram (kg), namun yang terjadi bisa tembus Rp 45 ribu-Rp 50 ribu," kata Poetra.
Saat ia menanyakan kenapa menaikkan harga hingga tiga kali lipat jawabannya simpel. "Kalau jelang Ramadan pasti naik harga pak. Jadi kami naikkan juga harga," katanya menirukan ucapan pedagang.
Baca: Jelang Ramadan, Harga Bahan Pokok di Toraja Utara Masih Stabil
Baca: Jelang Ramadan, Kurma Turun Harga di Hypermart MP
Hal ini tentu memicu inflasi yang tinggi bila harga komuditas sehari-hari masyarakat naik. "Cabai mahal tidak hanya terjadi di Sulsel di beberapa provinsi di Indonesia pun demikian," katanya.
Seperti diketahui, Inflasi di Sulsel per April 2018 dipicu oleh inflasi yang dialami 10 jenis komoditi. Salah satuya adalah cabai.
“Inflasi dipicu oleh 10 jenis komoditi terutama kelompok bumbu-bumbuan, bawang merah yang tertinggi, cabai merah, cabai rawit, sayur bayam, bawang putih, rokok, filter, rokok kretek, kentang, bensin dan ikan bandeng,” ujar Kepala BPS Sulsel, Nursam Salam belum lama ini.(*)