Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Gelar Dialog bersama KPU, KNPI Makassar BahasPemilih Pemula dan Pencitraan

Andi Shaifuddin menjelaskan saat ini KPU sudah melewati beberapa tahapan pilkada dan saat ini dalam tahap kampanye.

Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Anita Kusuma Wardana
HANDOVER
DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Makassar menggelar Dialog Kepemudaan soalSosialisasi Pedoman dan Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2018, di Cafe Cestlavie Hotel D’Green Makassar, Jl Hertasning. 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasim Arfah

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR-DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Makassar menggelar Dialog Kepemudaan soal Sosialisasi Pedoman dan Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2018, di Cafe Cestlavie Hotel D’Green Makassar, Jl Hertasning.

Dialog bertajuk “Menuju Pilkada yang Partisipatif dan Berintegritas” yang diprakarsai Komisi Otoda dan Kesbang KNPI Makassar ini menghadirkan pembicara dari Komisioner KPU Makassar Andi Shaifuddin, Analis Kebangsaan dan Politik Arqam Azikin, dan Sekretaris KNPI Makassar Antariksa Putra W.

Andi Shaifuddin menjelaskan saat ini KPU sudah melewati beberapa tahapan pilkada dan saat ini dalam tahap kampanye.

Secara khusus, Shaifuddin menekankan generasi muda harus lebih jeli dalam memilih pemimpin tidak cukup hanya dengan melihat sticker atau baliho saja atau sebatas visi misi kandidat.

“Pemuda tentu harus lebih dari itu, cari trackrecordnya, bagaimana waktu mudanya, hubungan sosialnya dengan bawahan, keluarganya, bertetangga, banyak harus dicari tahu karena mungkin tak muncul waktu kampanye. Ini harus digerakkan generasi muda era milenial,” jelas Shaifuddin via pesan ke Tribun, Minggu (22/4/2018).

Arqam Azikin turut membakar motivasi para pemuda yang hadir di dialog tersebut. Menurutnya pemuda harus mendobrak mekanisme politik saat ini tidak hanya sekedar menerima yang ada.

Ia menilai banyak hal yang perlu dikritisi sebab sistem politik sudah mengarah ke kapitalis, intimidasi politik dari luar negeri, kemudian ekonomi bangsa yang dintervensi.

“Contoh syarat caleg dan kepala daerah masih tamatan SMA. Masa begini terus, perusahaan kantor kecil saja syaratnya harus S1, ini capres masih ada SMA/sederajat,” tutur Arqam.

Mekanisme kepemimpinan politik, lanjut dia, memang harus dirombak minimal syaratnya pernah berorganisasi. Ketika gampang mekanismenya maka akan mudah kepentingan pragmatis menggerogoti bangsa ini.

“Kesadaran politik anak muda harus dibangun melalui kaderisasi yang kuat, kedepan konsep kepemimpinan politik harus diubah dan pemudalah yang bergerak dari sekarang,” jelas Dosen Unismuh Makassar ini.

Sekretaris KNPI Makassar, Antariksa Putra W menambahkan, pemuda wajib berpartisipasi dalam momentum pilkada ini, namun juga harus punya filterisasi dalam menentukan dukungan ke kandidat.

“Sekarang ini kita memasuki era pencitraan, tidak jelas yang madu yang mana racun, sehingga perlu ada filterisasi dan tidak masuk dalam politik transaksional,” kata dokter Echa sapaan akrab Antariksa.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved