Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dikenal Sakti dan Punya Ribuan Pusaka, Ternyata Ini Pantangan Presiden Soeharto

Sesudah makanan matang, ada tim dokter dan petugas laboratorium mencicipi masakan tradisional Lombok, yang digelar prasmanan itu.

Editor: Ardy Muchlis
Handover
Presiden Soeharto 

Ia melihat, pada jamuan makan saat itu, piring Pak Harto hanya berisi tahu dan tempe, agaknya berpantang kangkung.

Sedangkan, Ibu Tien berpantang tauge.

Selesai acara di Istana Tampaksiring, rombongan pindah ke kawasan Pantai Sanur, di wisma Mr Kajima.

Baiq juga diminta menyiapkan makan malam.

Dari dapur, bersama juru masak lain, ia melihat Soeharto masuk ke dalam kamar, dan mereka menunggu-nunggu, bagaimana penampilan Jenderal Besar itu sehari-hari.

Begitu yang ditunggu keluar kamar, mereka pun bergunjing.

“Pak Harto hanya memakai kaus oblong putih, dan sarung putih kotak-kotak cokelat, juga memakai selop jawa. Santai sekali,” ujar istri Fathoni Akbar itu.

Soeharto memandangi para cucunya, yang sedang asyik bermain di kolam renang.

Karena sudah sore, para ajudan dan pengasuh sibuk meminta para cucu naik dari kolam renang.

Dasar anak-anak, mereka tak memedulikan anjuran itu.

Akhirnya, Pak Harto sendiri yang turun tangan.

Ia tiba-tiba muncul di pintu sembari memanggil cucu-cucunya, dan mengisyaratkan hari mau hujan seraya menunjuk ke langit.

“Eh, tak ada semenit, hujan benar-benar turun. Kami para juru masak saling berpandangan, Pak Harto sakti kali ya! Kami saling berbisik.”

Malamnya, selepas makan malam, Pak Harto bercengkerama bersama anak dan cucunya di ruang tengah.

“Ada yang dipangku Pak Harto di paha kanan dan kirinya. Ada juga yang minta dipangku Bu Tien. Suasananya hangat seperti di rumah orang biasa.”

Halaman
1234
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved