Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Diungkap Jenderal Bintang 2, Ini Pengakuan Tak Disangka Wakapolres Tembak Adik Ipar

Setelah ditangani polisi, Fahrizal menyampaikan pengakuan mengejutkan.

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Mansur AM
TRIBUN MEDAN
Tersangka Kompol Fahrizal (tengah) tersangka pembunuhan adik ipar 

TRIBUN-TIMUR.COM - Komisaris Polisi (Kompol) Fahrizal mendadak jadi bahan pemberitaan.

Oknum perwira polisi ini menembak mati adik iparnya di rumahnya sendiri.

Diketahui Kompol Fahrizal saat ini bertugas sebagai Wakil Kepala Polisi Resor (Wakapolres) Lombok Tengah.

Baca: WOW! Baru Saja Melahirkan, Zaskia Adya Mecca Berhasil Turunkan 10 Kg Berat Badan

Baca: Hasil Lengkap 8 Besar Liga Eropa Dini Hari Tadi, Arsenal, Lazio, Atletico Menang

Baca: Terungkap Honor Evi Masamba Nyanyi di Pesta Nikah Anak Juragan Udang, Polisi Sibuk Atur Lalulintas

Setelah ditangani polisi, Fahrizal menyampaikan pengakuan mengejutkan.

Wakapolres Lombok Tengah Kompol Fahrizal yang menembak mati adik iparnya tidak menyesal seusai melakukan tindakan itu.

Menurut Kapolda Sumut Irjen Paulus Waterpauw, tak ada ucapa penyesalan dari pelaku.

Tersangka Kompol Fahrizal (tengah) tersangka pembunuhan adik ipar
 Kapolda Sumut Irjen Paulus Waterpauw bersama Tersangka Kompol Fahrizal (tengah) tersangka pembunuhan adik ipar (TRIBUN MEDAN)

"Saat kami tanya pelaku, apakah menyesal karena telah melakukan pembunuhan terhadap korban yang adik iparnya sendiri, dengan santai ia menjawab tidak.," ungkap Kapolda.

Jenderal Bintang 2 ini Menduga, perbuatan nekat itu dilakukan karena ada problem di dalam lingkup keluarganya.

"Kami menduga ada problem di dalam lingkungan keluarga, yang terus kami coba dalami dengan teliti," ujarnya saat memberikan penjelasan kepada wartawan di depan Dirkrimum Polda Sumut, Kamis (5/4/2018).

Kapolda juga menambahkan, oknum tersebut benar anggota kepolisian negara.

"Korban adik ipar dari pelaku mengalami luka tembak dan meninggal dunia. Korban Jumingan (33) pekerjaan swasta," jelasnya.

Ditegaskan Kapolda, pelaku membawa senpi dan melapor langsung ke Polrestabes Medan.

Saat penyelidikan saksi ada tiga orang, yaitu istri, ibu pelaku, dan istri dari pelapor.

"Untuk modus dan motif masih dalam pengungkapan oleh pihak kepolisian. Barang bukti yang kami amankan, Senpi, enam selongsong peluru, satu peluru yang bekas dipakai dan KTA. Kami juga sudah melakukan olah TKP, dan menyita barang bukti," tambah Kapolda Sumut.

Sementara korban sedang diautopsi di RS Bhayangkara. Di dalam tubuh korban terdapat ada enam lubang yang diduga tembakan dari pelaku.

Kapolda Irjen Paulus Waterpauw menjelaskan, Izin pelaku ke Medan, ada dari polri namun hal ini masih dalam penyidikan lebih dalam.

"Soal senpi seingat saya seorang anggota polisi seharusnya menitip ke dinas saat berpergian atau sedang tidak bertugas. Untuk yang menggunakan senpi selalu di tes kejiwaan," ujarnya.

Paulus menghimbau untuk tetap patuhi aturan, dan norma-norma di dalam kepolisian.

"Untuk berpergian saya sarankan menitipkan senjata, dan diminta untuk surat izin untuk berpergian. Untuk hasil tes urine, negatif dan begitu juga darah. Untuk pisikologis semua normal," tambahnya.

Kompol Fahrizal merupakan alumni Akpol 2003. Ia ditindak pidana pembunuhan Pasal 340 KUHP (pembunuhan berencana).

Adapun kronologi awal, Paulus menceritakan, ketika pelaku datang, ibu pelaku baru sembuh dari sakit.

Ia baru selesai pijit kaki, dan keluarga lainnya sedang membuat minuman.

Pelaku tiba-tiba melaksanakan aksinya.

Usai melakukan aksi brutal dan kejam, pelaku langsung menyerahkan diri ke Polsek terdekat dan lanjut ke Polrestabes Medan.

Kronologi

Informasi yang dihimpun, dari akun facebook Kompol Fahrizal menuliskan status pulang ke Medan bersama istrinya.

Kemudian, ia sempat memposting foto berada di bandara.

Polisi melakukan pemeriksaan di satu rumah di kawasan Mandala, Medan, Rabu (4/4) malam, yang merupakan TKP penembakan diduga dilakukan seorang oknum polisi terhadap laki-laki yang disebut-sebut sebagai adik iparnya. TRIBUN MEDAN/JEFRI SUSETIO
Polisi melakukan pemeriksaan di satu rumah di kawasan Mandala, Medan, Rabu (4/4) malam, yang merupakan TKP penembakan diduga dilakukan seorang oknum polisi terhadap laki-laki yang disebut-sebut sebagai adik iparnya. TRIBUN MEDAN/JEFRI SUSETIO (Handover)

Selama beberapa bulan ini, ia bertugas di Lombok, Nusa Tenggara Barat, menjabat Waka Polres Lombok Tengah, NTB.

Kompol Fahrizal diangkat menjadi Waka Polres Lombok Tengah pada Desember 2017. Ia mengganti Kompol H Lalu Salehuddin yang dimutasi sebagai Parik II Itwasda Polda NTB.

Kronologi Versi Polisi

Awalnya, Heny Wulandari, adiknya mempersilakan duduk di rumah.

Mereka sempat bercengkrama bersama ibunya di ruang tamu. Sedangkan, Heny membuat air di dapur.

"Saksi (Heny) sempat melihat Fahrizal memijat ibunya, tapi secara tiba-tiba menodongkan senjata ke arah ibunya. Tapi, korban (Jumingan) langsung melarang dengan berkata “jangan Bang” namun Fahrizal menodongkan senjata api ke korban. Ada dua kali suara letusan,” katanya.

Melihat suaminya bersimbah darah, Heny langsung lari ke dalam kamar dan mengunci kamar lantaran ketakutan.

Bahkan, Fahrizal sempat menggedor pintu kamar. Tapi, ibunya mendatangi sembari menyatakan tidak boleh keluar dari kamar.

Pihak kepolisian sudah meminta keterangan tiga saksi di antaranya Heny Wulandari, dan Agung dan Elly.

Ketiganya merupakan warga Jalan Tirtosari alias masih berhubungan kerabat dengan Kompol Fahrizal. Kini, pihak kepolisian sedang melakukan penyelidikan.

Kronologi Versi Warga

Warga Jalan Tirtosari, Gang Keluarga, Kelurahan Bantan, Medan Tembung terkejut dengan penembakan ini. Warga mengira suara tembakan adalah suara petasan.

Tidak lama kemudian diketahui suara letusan itu berasal dari rumah seorang warga disebut-sebut bernama Sutini.

Kompol Fahrizal
Kompol Fahrizal ()

Apalagi, suara jeritan warga bergema di dari dalam rumah, parmanen.

"Aku pikir mercon, jadi enggak peduli tadi. Cemana-lah tadi habis salat tak enak badan golek-golek di rumah," kata Juraidah (75) warga sekitar saat ditemui Tribun-Medan.com.

Kediaman Juraidah tepat di sebelah tempat kejadian perkara (TKP). Tapi, ia tidak mengetahui peristiwa penembakan itu.

Bahkan, dia keluar rumah saat mendengar ada keramaian di lokasi.

Tidak hanya itu, dia juga mengaku lupa berapa kali suara letusan. Namun, suara itu terdengar begitu keras.

Selain itu, ia tak ingin membeberkan identitas korban penembakan.

"Saya tidak begitu tahu nama korbannya. Soalnya jarang ketemu. Tapi mereka sekeluarga orang baik kok. Kalau istrinya kerjanya guru," ujarnya.

Tidak lama kemudian, petugas kepolisian membawa seorang perempuan dari sebuah warung.

Besar dugaan perempuan itu bernama Sutini alias Heni, istri dari pria berinisial Zumingan alias Zun, korban penembakan.

Heni memasuki rumah dibopong oleh dua oknum polisi berpakaian preman.

Sedangkan, balita yang digendongnya menjerit histeris.

Setiba di depan rumah Heni nyaris pingsan.

"Ini rumah orangtuanya Pak F, mantan Kasat Reskrim Polrestabes Medan. Sekarang tugas di Lombok. Adiknya yang paling kecil tinggal di sini bersama orangtuanya mereka," kata seorang warga berkacamata saat ditemui di depan rumah.

Kini jenazah korban sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumut.

Terlihat beberapa petugas langsung mengavakuasi jasad dengan menggunakan kain dan tandu.

Sementara itu, personil kepolisian telah memasang garis polisi di depan rumah.(*)

Baca: WOW! Baru Saja Melahirkan, Zaskia Adya Mecca Berhasil Turunkan 10 Kg Berat Badan

Baca: Hasil Lengkap 8 Besar Liga Eropa Dini Hari Tadi, Arsenal, Lazio, Atletico Menang

Baca: Terungkap Honor Evi Masamba Nyanyi di Pesta Nikah Anak Juragan Udang, Polisi Sibuk Atur Lalulintas

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Wakapolres Lombok Tengah Mengaku Tak Menyesal Menembak Mati Adik Iparnya dengan Brutal, 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved