Soal Gabah Petani Maros, Ini Penjelasan Resmi Kapendam dan Bulog, Facebooker Pro dan Kontra
Aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) beberapa hari terakhir rutin razia mobil pengangkut gabah di wilayah Kabupaten Maros.
Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Mansur AM
TRIBUN-TIMUR.COM - Aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) beberapa hari terakhir rutin razia mobil pengangkut gabah di wilayah Kabupaten Maros.
Kebijakan ini menuai kontra terutama di kalangan petani. Facebooker yang tergabung di grup Tribun Timur Berita Online Makassar juga pro dan kontra.
Grup diikuti kurang lebih 780.000 Facebooker dari berbagai latar belakang.
Pasalnya kebijakan ini diambil tak lama setelah petani panen di wilayah Kabupaten Maros.
Kodam XIV Hasanuddin membenarkan tindakan anak buahnya di Maros, beberapa hari terakhir.
Baca: Benarkah Perintah Presiden? Jual Gabah ke Sidrap, Tentara Sergap Petani Maros
Baca: Kulit Gelap dan Semakin Kurus, Apa Penyakit Ruben Onsu Sebenarnya? ini Kata Mbah Mijan
Baca: Bangun Tidur Langsung Selfie Bukti Cantiknya Meriam Bellina. Pantas Hotman Paris Cium Tangannya
Kodam berdalih, tindakan para prajurit TNI Angkatan Darat (AD) itu dalam rangka mengamankan ketahanan pangan nasional, sesuai hasil kesepakatan kerja sama dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
“Keterlibatan prajurit TNI AD di Kodim 1422 Maros itu didasari oleh MoU antara TNI AD dengan Kementerian Pertanian RI,” tegas Kepala Staf Penerangan Kodam (Kapendam) XIV Hasanuddin, Kolonel Inf Alamsyah di Makassar, Rabu (14/3/2018).
Menurutnya, dalam MoU tersebut, TNI AD bersama kementan menyepakati, dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional ditindaklanjuti perjanjian jual beli Beras nomor: PJB- 00004/03/2018/41/KBK.
"Jadi ini sudab tertulis dalam MoU itu, antara Subdivre Bulog Makassar dengan Primer Koperasi Hasanuddin Maros," kata Kolonel Alamsyah.
Komandan Kodim 1422 Maros, Letkol Kav Mardi Ambar, menyebut pembeli gabah petani Maros yang harganya lebih tinggi dari Bulog itu adalah tengkulak.
Menurutnya, ratusan karung gabah itu diperoleh tengkulak dari petani. Gabah disinyalir akan diolah dan ditimbun untuk diekspor secara ilegal.
"Beberapa hari terakhir, kami gencarkan patroli langsung ke lapangan. Itu kami lakukan untuk mencegah adanya gabah petani yang akan dibawa ke luar daerah," katanya.