40 Tahun Kelelawar Hidup Damai di Parang Tinggia Maros, Begini Kepercayaan Warga
Kalelawar justru membantu warga untuk membasmi hama padi seperti wereng ataupun burung yang merusak tanaman.
Penulis: Ansar | Editor: Mahyuddin
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUN TIMUR.COM, MAROS - Kampung kalelawar ternyata ada juga di Maros.
Ribuan kalelawar tersebut sudah 40 tahun berada di pemukiman warga, Dusun Parang Tinggia, Desa Jene Taesa, Kecamatan Simbang, Kamis (1/3/2018).
Meski Dusun Parang Tanggia dihuni oleh puluhan Kepala Keluarga, namun kalelawar tersebut tidak pernah pindah tempat.
Kalelawar tersebut tetap memilih bergelantungan di pohon.
Warga setempat juga tidak pernah mengusir kelelawar tersebut.
Warga meyakini, kelelawar itu membawa keberkahan. Alasannya, binatang nokturnal juga tidak pernah merusak tanaman warga.
Baca: Didaulat Jadi Polisi Santri dan Teladan, 2 Polisi Asal Maros Lulus Seleksi Stukpa
Kalelawar justru membantu warga untuk membasmi hama padi seperti wereng ataupun burung yang merusak tanaman.
Binatang perusak tanaman, takut mendekat jika ada kalelawar.
"Kalelawar ini sudah 40 tahun ada di sini. Warga juga tidak pernah mengusirnya. Kalelawar itu tidak pernah mengganggu kami dan memakan pisang dan mangga maupun tanaman lainnya," kata seorang tokoh masayarakat Kamaruddin.
Menurut pria kelahiran Maros 80 tahun lalu itu, warga di dusun tersebut menjaga kelestarian kelelawar yang telah menjadi ikon pemukiman. Selama ini, tidak ada warga yang pernah mengusik atau menangkap kelelawar.
Baca: Jadi Masalah, Begini Aturan Pembagian Lods di Pasar Tramo Berdasarkan Perbup Maros
Warga juga merasa kasihan dengan kalelawar tersebut.
Jika ada yang jatuh dari pohon dan sakit warga mengambil dan merawat kalelawar, laiknya binatang peliharaan.
Suara kalelawar akan ramai saat berterbangan pada waktu jelang petang.
Gerombolan kalelawar sebesar tikus tersebut, terbang meninggalkan Dusun Parang Tinggia, menuju ke hutan dan gunung untuk cari makan.
Baca: VIDEO: Yuk Intip, Begini Aktivitas Kalelawar Soppeng Saat Malam Hari
Saat subuh, suara kalelawar kembali ramai karena sudah kembali.
Hal tersebut sudah dianggap biasa oleh warga setempat.
"Kalelawar itu memang binatang. Tapi kami merasa nyaman ada di kampung ini. Apalagi kalelawar itu tidak pernah merusak tanaman yang ada di kampung ini. Saat malam, kelelawar itu keluar. Kalau jelang pagi, baru kembali lagi," katanya.