Jusuf Kalla: Hiroshima Itu Momentum Perdamaian Dunia dan Kemakmuran Jepang
Itulah benang merah dari pidato pengukuhan gelar doktor honoris causa (Dr HC) M Jusuf Kalla (76) di Kampus Universitas Hiroshima
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Anita Kusuma Wardana
Kebanyakan mahasiswa yang datang menghadiri pidato pengukuhan Kalla adalah mahasiswa ilmu sosial, politik, dan mahaoswa asal Indonesia yang dapat beasiswa dari LPDP.
Menyampaikqn pidatonyq dalam bahasa Inggris, Kalla juga menceritakan kesungguhan dan niatnya mendamaikn sejumlah konflik di Tanah Air dalam rentang periode 25 tahun terakhir, membuatnya banyak diundamg kampus-kampus dalam dan luar negeri.
Perdamaian Malino, yang mendamaikan konflik berbau SARA di Poso Sulteng dan Ambon, tahun 1998, lalu menyusul perdamaian Aceh-GAM tahun 2008, juga mengahnatranya ikut terlibat dalam mendamaikan konflik Moro di Philipina.
Jusuf Kalla juga tahun 2016 lalu, sempat diminta oleh diplomat ASEAN dan dunia untuk andil di konflik pemerintah Myanmar dengan etnis Rohingnya.
Dari 11 gelar doktor kehormatan Kalla, 7 diantaranya di bisang perdamaian dan kesejahteraan rakyat, sisanya tentang ekonomi dan tatal pemerintahan.
Namun, Kalla mengakui apa yang dia peroleh di Hiroshima, berbeda.
Selain karena ini kali kedua, juga karena Hiroshima adalah kota yamg mengkhiri konflik terbesar dan paling mematikan, Perang Dunia ke II.
“Disini bom atom dijatuhkan, ratusan ribu warga sipil Hiroshima dan Nagasaki tewas, namun perang berakhir,” ujar Kalla saat mampir di Gembaku Dome, sisi timur Sungai Aioi, Hiroshima.
Jusuf Kalla dan rombongan mampir di situs gedung sisa bom tanggal 6 Agustus 1945, saat perjalanan dari Kampus Universitas Hiroshima ke Sin Hiroshima, Stasiun Kereta Api Super Cepat Shin Kansen ke Stasiun Sin Osaka, Kamis (22/2/2018) sore.
Jusuf Kalla, istri, dua putrinya Imelda dan Chairani Jusuf, staf ahli dan rombongan guru besar berfoto di situs itu.