Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pemilihan Rektor Unhas

Perjalanan Prof Dwia Saat Terpilih jadi Rektor Unhas di 2014

Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA kembali unggul dalam proses penyaringan calon rektor

Penulis: Munawwarah Ahmad | Editor: Anita Kusuma Wardana
TRIBUN TIMUR/MUNAWWARAH AHMAD
Rektor Unhas Prof Dwia Aris Tina Palubuhu menang telak pada pemungutan suara oleh senat akademik di baruga AP Petta Rani, Rabu (24/1/2018) sore. 

TRIBUN-TIMUR.COM-Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA kembali unggul dalam proses penyaringan calon rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Periode 2018-2022, Rabu (24/1/2017).

Guru besar bidang Sosiologi tersebut meraih 79 suara dari total 86 suara anggota senat akademik Unhas. Sementara empat penantang Prof Dwia, Prof Abrar Saleng (Ketua Dewan Profesor Unhas), Prof Muhammad Yunus Zain (mantan Dekan FEB Unhas), Dr Muhammad Ramli (Wakil Dekan 1 Bidang Akademik FT Unhas), masing-masing hanya meraih satu suara.

Sedangkan, Dosen Kopertis wilayah IX yang ikut dalam pemilihan rektor kali ini harus menerima kekalahan tanpa meraih satu suara pun.

Balon Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar periode 2018-2022 saat pemaparan visi misi di baruga AP Petta Rani Unhas, Rabu (24/1/2018). Prof Dwia Aries Tina Palubuhu (rektor Unhas), Prof Abrar Saleng (Ketua Dewan Profesor Unhas),Prof Muhammad Yunus Zain (mantan Dekan FEB Unhas), Dr Muhammad Ramli (Wakil Dekan 1 Bidang Akademik FT Unhas) dan Dr Muhammad Ikram Idrus (Dosen Kopertis wilayah IX).
Balon Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar periode 2018-2022 saat pemaparan visi misi di baruga AP Petta Rani Unhas, Rabu (24/1/2018). Prof Dwia Aries Tina Palubuhu (rektor Unhas), Prof Abrar Saleng (Ketua Dewan Profesor Unhas),Prof Muhammad Yunus Zain (mantan Dekan FEB Unhas), Dr Muhammad Ramli (Wakil Dekan 1 Bidang Akademik FT Unhas) dan Dr Muhammad Ikram Idrus (Dosen Kopertis wilayah IX). (TRIBUN TIMUR/MUNAWWARAH AHMAD)

Menoleh ke belakang saat Pemilihan Rektor Unhas lalu, saat proses penyaringan, Prof Dwia bukanlah peraih suara terbanyak.

Kala itu, rivalnya, Dr dr Wardihan Sinrang SpAnd berhasil meraih 94 suara. Sementara Prof Dwia berada di urutan kedua dengan 80 suara.

Baca: Prof Dwia Aries Tina Menang Telak di Pemungutan Suara Senat Akademik

Empat pesaing lainnya, Prof dr Irawan Yusuf  meraih 48 suara, Prof Ambo Ala sebanyak 46 suara, Prof Saleh Pallu sebanyak 10 suara dan Prof Mohammad Hatta hanya satu suara. Surat suara yang tidak sah sebanyak tiga surat suara.

Tiga nama peraih suara terbanyak pun diserahkan ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang kala itu dijabat Prof M Nuh.

Selanjutnya, kembali digelar pemilihan putaran kedua untuk menentukan satu nama pada 27 Januari 2014.

Dalam pemilihan tersebut, Mendikbud memiliki hak suara sebesar 35 persen dari total anggota senat yang akan memilih, yakni 291 orang.

Namun, saat pemilihan, Mendikbud diwakili ke Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dirjen Dikti Kemendikbud, Dr Illah Saliah.

Hasil pemilihan membuat Prof Dwia meraih suara terbanyak dengan 241 suara. 

Baca: Pilrek Unhas - Prof Dwia Banjir Teriakan Oppoki

Perolehan suara mantan Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Pengembangan, dan Kerja Sama, Unhas ini bertambah 161 suara dari suara yang dia peroleh di putaran pertama, 17 Desember 2013 lalu, sebanyak 80 suara.

Informasi yang diperoleh Tribun, sebanyak 157 suara menteri utuh ke adik ipar M Jusuf Kalla tersebut.

Sedangkan suara pesaing ketatnya, Dr dr A Wardihan Sinrang yang pemilihan putaran kedua maraih 94, suaranya bertambah 34 suara menjadi 128.

Baca: Pilrek Unhas - Wadek FT Unhas Ini Tak Gentar Hadapi Prof Dwia di Hadapan MWA

Sedangkan Prof dr Irawan Yusuf bertambah  23 suara dari perolahan awalnya 48. Di pemilihan lalu, Irawan mendapat 71 suara.

Diwarnai Gugatan ke PTUN

Prof Dwia pun menjadi wanita pertama yang memimpin Unhas sepanjang sejarah berdirinya kampus merah.

Namun, kemenangan Prof Dwia diwarnai gugatan ke PTUN.  Sejumlah guru besar Universitas Hasanuddin (Unhas) yang diwakili pengacara Irwan Muin, SH, MH mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Kota Makassar, Senin (3/1/2014).

"Jadi materi pokok gugatan hari ini terkait berita acara penetapan perolehan suara oleh masing-masing calon serta penetapan rektor terpilih, dimana berita acara seharusnya dibatalkan dan dinyatakan tidak sah," ujar Irwan seusai mendaftarkan gugatannya.

Menurutnya, pembatalan berita acara yang mengandung unsur ketetapan tersebut mengandung kekeliruan, dimana perhitungan alokasi suara menteri tidak sesuai dengan ketentuan pasal 7 ayat E Permendikbud no 33 tahun 2013.

"Merekakan hitungnya 35 per 65 dikali anggota senat yang hadir yakni sebanyak 287 dan menghasilkan jumlah suara untuk menteri sebanyak 155, ini keliru, seharusnya perhitungannya 35 per 100 dikali 287, jadi suara menteri hanya sekitar 100. Tentu ini merugikan dua calon rektor lainnya termasuk pak Wardihan,"jelasnya.

Dalam gugatannya, penggugat Dr Wardihan Sinrang dan 26 Guru besar Universitas Hasanuddin, yang diwakili oleh penasehat hukumnya, Irwan Muin, mengajukan 35 poin atau dalil gugatan, beberapa diantaranya adalah hak suara menteri sebesar 35 persen yang digunakan dalam pemilihan dianggap cacat secara yuridis karena suara sebesar 35 persen tersebut merupakan hak menteri, dan bukan yang dikuasakan.

Baca: Sore ini Pemungutan Suara, Prof Dwia Ditantang Empat Laki-laki di Pilrek Unhas

Poin lainnya adalah 35 persen suara tersebut dikatakan didistribusikan seluruhnya pada tergugat I, Prof Dwia Aries Tina.

Ia menyatakan bahwa dalam pemilihan rektor tersebut, surat suara di bagi menjadi dua, yakni surat suara milik anggota senat sebesar 65 persen yang telah ditanda tangani dan stempel pengurus senat dan 35 persen surat suara milik menteri yang tidak ditanda tangani maupun stempel.

Menurutnya, dari hal tersebut tidak bisa dibuktikan karena seluruh surat suara telah dimusnahkan sebelum seluruh proses pemilihan rektor diselesaikan. Karena itu pihak penggugat menuntut agar hasil pemilihan rektor tersebut dibatalkan karena dianggap tidak sah dan hasil pemilihan suara yang dianggap sah adalah perolehan suara Wardihan sebanyak 128 suara, Dwia Ariestina 86 suara, dan Irawan Yusuf 71 suara serta batal 2 suara.

Janji Prof Dwia

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, Senin (28/4/2014) petang akhirnya melantik Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA sebagai Rektor Universitas Hasanuddin periode 2014-2018, menggantikan Prof Dr drIdrus A Paturusi, Senin (28/4/2014).

Kala itu, Prof Dwia Aries Tina mengatakan bakal menjadikan Unhas menjadi inovator dan terkemuka dalam pengembangan Ipteks berbasis Benua Maritim. 

"Saya ingin melihat orang yang ketika orang ingin mencari kepakaran dalam bidang Benua Maritim, mereka tak memiliki pilihan lain selain di Unhas,"ujarnya.

Mengedepankan keterbukaan, integratif, tidaka da disparitas dalam bidang apapun dengan sinergitas yang terbangun, transformatif, serta yang paling penting yakni akuntabilitas.

"Tantangan Unhas lima tahun kedepan adalah menaikkan peringkat Unhas. Seperti kita tahu peringkat Unhas masih dalam kelompok 500 di Asia, 100 di Asia Tenggara dan 27 di Indonesia. Saya berharap ke depan rangking Unhas akan menjadi lebih baik, memang tidaklah mudah karena indikatornya sangatlah berat. Untuk itu, saya mengharapkan aspirasi sivitas akademik yang hadir malam ini,"ujarnya.

Empat strategi utama yang ditawarkan Prof Dwia, yakni otonomi yang luas bagi prodi dan labolatorium, resource sharing sdm dan sumber daya antar unit kerja, kesejahteraan dan kenyamanan hidup dosen dan tenaga kependidikan serta pengembangan kerjasama.

"Unhas telah menargetkan beberapa prodi yang akan terakreditasi Internasional melalui program AUN. Dalam lima tahun ini, sedikitnya tujuh prodi akan meraih itu. Sasaran lainnya yakni bagaimana labolatorium Unhas mendapatkan ISO serta pengembangan jurnal ilmiah,"jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, Prof Dwia juga menjanjikan jika dirinya terpilih menjadi rektor, ia akan membawa Unhas dengan peringkat yang lebih baik yakni peringkat Unhas menjadi 10 terbaik di Asia Tenggara, 100 di Asia serta 700 di dunia sebagai World Class University. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved