Syahrul dan 14 Bugis-Makassar di DPP Golkar, Trik Driver Tuyul di Makassar
Nurdin menyebut jabatan barunya di DPP Golkar sebagai menteri siber. Syahrul belum tahu seperti apa posisinya
Tingginya pengguna jasa taksi online itu menarik minat masyarakat untuk bergabung di perusahaan itu.
Meningkatnya jumlah driver menyebabkan tingginya persaingan sesama driver. Para driver harus bekerja keras untuk meraih poin.
Berkeliling di jalan perkotaan dianggap bukanlah solusi karena berdampak pada pengeluaran bahan bakar.
Tuyul atau Fake GPS menjadi jalan keluar beberapa driver untuk berebut penumpang, mengejar target poin Fake GPS dikenal dengan istilah Ofik, kependekan dari Order Fiktif.
Penggunaan Fake GPS merupakan tindakan curang yang merugikan para pengemudi yang bekerja dengan jujur.
Begitu order fiktif itu masuk, kemudian dicancel, maka performa atau prestasi driver akan menurun.
Padahal penentuan bonus tidak hanya berdasarkan perolehan poin dari trip saja tapi juga performa.
Jika performa menurun dari 50 persen, dipastikan bonus driver tidak akan dicairkan perusahaan.
Itulah antara lain alasan mereka menggunakan sistem “tuyul”.(*)
Seperti apa sikap dan posisi Syahrul di DPP Golkar dalam empat tahun terakhir?
Siapa-siapa 14 orang Bugis-Makassar dalam pengurus DPP Golkar kali ini?
Apa dan bagaimana sistem tuyul berdasarkan pengakuan sejumlah driver online?
Mengapa Managing Director Grab Indonesia, Ridzki Kramadribrata “bela-belain” ke Makassar?
BACA SELENGKAPNYA DI TRIBUN TIMUR CETAK EDISI SELASA, 23 JANUARI 2018