Gempa 15 Desember 2017 - Warga Panik, Kenapa Gempa di Jawa Tak Picu Tsunami? Inilah Sebabnya
Peringatan tsunami level Awas diakhiri pukul 02.26 WIB atau dua jam setelah terjadinya potensi tsunami pasca-gempa susulan.
TRIBUN-TIMUR.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencabut peringatan tsunami pasca-gempa berkekuatan 7,3 Skala Richter dan disusul 6,9 Skala Richter yang berpusat di wilayah Tasikmalaya, Jawa Barat.
Peringatan tsunami level Awas diakhiri pukul 02.26 WIB atau dua jam setelah terjadinya potensi tsunami pasca-gempa susulan.
"Peringatan potensi tsunami akibat gempa berkekuatan 6,9 Skala Richter dinyatakan sudah kami akhiri," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam keterangannya di televisi, Sabtu (16/12/2017) dini hari.
Dwi menjelaskan, diakhirinya peringatan potensi tsunami ini didasari makin menurunnya kekuatan atau magnitude gempa, hasil pemeriksaan alat pengukur permukaan air laut dan pengecekan langsung petugas di pesisir Selatan Jawa.
Ia menyatakan, sempat terjadi tiga gempa susulan pasca-gempa 6,9 SR di wilayah Tasikmalaya dengan kedalaman 107 km.
Ketiga gempa itu berkekuatan 3,4 SR, 3,2 SR dan 3,4 SR.
Artinya, kekuatan atau magnitude gempa semakin rendah dan stabil pasca-gempa pertama 6,9 SR.
Dan hasil pemeriksaan permukaan air laut menunjukkan tidak ada peningkatan atau pasang air laut yang signifikan.
Dengan dicabutnya peringatan potensi ini, BMKG mengimbau warga yang terdampak gempa untuk kembali ke tempat tinggal masing-masing.
Diharapkan masyarakat mengecek bangunan tempat tinggal sebelum melakukan aktivitas di dalamnya.
Masyarakat juga diimbau untuk mengikuti arahan petugas BPPD.
Selain itu, masyarakat diminta untuk mengikuti informasi terkait gempa dari lembaga resmi BMKG dan diharapkan tidak mudah percaya dengan isu gempa.
"Tetapi, diimbau juga untuk waspada untuk hari-hari berikutnya dan tetap tenang," kata mantan Rektor Universitas Gadjah Mada ini.
Kenapa Tak Terjadi Tsunami
Rentetan gempa yang mengguncang Pulau Jawa bagian barat, tadi malam, tidak menimbulkan tsunami karena termasuk dalam klasifikasi gempa bumi berkedalaman menengah.
Kendati demikian, tidak selamanya gempa bumi berkekuatan di atas 6,9 SR berpotensi tsunami.
Di Aceh, tsunami terjadi setelah gempa berkekuatan 9,1 sampai 9,3 Skala Richter mengguncang dasar laut di barat daya Sumatra, sekitar 20 sampai 25 kilometer lepas pantai.
Hanya dalam beberapa jam saja, gelombang tsunami dari gempa itu mencapai daratan Afrika.
Fempa bumi pembangkit tsunami biasanya memiliki ciri-ciri, antara lain lokasi episenter terletak di laut; kedalaman pusat gempa relatif dangkal, kurang dari 70 kilometer, memiliki magnitudo besar lebih dari 7,0 SR; dan mekanisme sesarannya adalah sesar naik (thrusting fault) dan sesar turun (normal fault).(*)