Unik. Begini Cara Panitia Maulid Masjid Kampung Jagong Pangkep Bagi 261 Bakul
Tradisi ini biasanya digelar usai panen atau menjelang masa tanam padi di awal musim penghujan.
Penulis: Munjiyah Dirga Ghazali | Editor: Mahyuddin
TRIBUNPANGKEP.COM - Warga Kampung Jagong, di bantaran selatan Sungai Pangkajene, Pangkep, memperingati tradisi Maulid Rasulullah Muhammad SAW, Minggu (10/12/2017).
Tradisi tua di kampung yang berjarak 1,5 Km sebelah barat pusat pemerintahan kabupaten itu, dirayakan di Masjid Nurul Huda, Kelurahan Jagong, Kecamatan Pangkajene, Pangkep.
Panitia Maulid kampung Mukhtar Sahareng menyebutkan, panitia menerima sekitar 261 bakul maulid dari warga kampung berpenduduk 321 KK itu.
“Satu rumah masukkan 2 bakul, lalu kembali dan diambil satu bakul ke rumah,” ujar Mukhtar, yang juga rumahnya berhadapan langsung dengan masjid ini.
Baca: Kompak! Aziz dan Umi Aty Hadiri Konsolidasi Tim Pejuang di Pangkep
Tradisi memperingati Maulid Nabi, adalah salah satu kebiasaan turun temurun di kampung yang mayoritas penduduknya petani, nelayan, dan pedagang ini.
Tradisi ini biasanya digelar usai panen atau menjelang masa tanam padi di awal musim penghujan.
Warga merayakanya, selain memperingati kelahiaran Rasulullah ke 25, tradisi guyub ini juga ungkapan rasa syukur atas panen dan upaya berbagi ke warga lain.
Cara pembagian bakul maulid, hampir sama di kampung-kampung lain di Sulsel.
Bagi warga yang memperingatinya, mereka memasukkan minimal dua bakul.
Tiap bakul yang masuk dilabeli nama warga, biasanya nama anak.
Semakin banyak atau besar bakul yang didaftarkan ke panitia, itu biasanya pertanda panen atau penghasilan warga tahun ini lumayan berhasil.
Baca: Genitnya Lurah Ini, Sapa Ibu-Ibu dengan Panggilan Cantik di Acara Maulid
Bakul itu didaftar oleh panitia dan diberi nomor registrasi.
Biasanya bakul dibawa ke masjid menjelang salat jamaah Lohor.
Usai jamaah, tokoh masyarakat, imam kampung dan warga membaca kitab barazanji, kitab yang menceritakan sejarah perjalanan hidup Rasulullah.
Usai sesi barazanji, panitia lalu mengacak dan mengkocok ulang nama dan jenis bakul warga.
Nyaris tak ada warga yang dapat bakulnya sendiri. bakul saling tukar.
Pembagian bakul dilaksanakan hingga menjelang salat jamaah Azar.
Kadang warga yang masukkan bakul besar dan berisi aneka makanan, justru dapat bakul kecil.
Itulah tradisi tua yang diangggap adil dan diterima secara turun temurun. Tak ada protes.
Panitia pembagi juga membawa pulang bakul.
Baca: VIDEO: Meriahnya Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Soppeng
Warga yang kuramg mampu biasanya datang dan diundang ke masjid.
Jika beruntung mereka dapat bakul besar.
Inilah cara bersyukur dan mengakrabkan sesama warga.
Cerita tentang isi bakul biasanya beredar hingga salat jamaah Magrib hingga keesokan harinya.(*)