'Pasha Ungu' Jabat Kasatlantas Polres Bulukumba, Begini Kisahnya Jadi Polisi
Tamat di sekolah menengah atas, Muhtar memutuskan untuk lanjut kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Penulis: Firki Arisandi | Editor: Imam Wahyudi
Laporan Wartawan TribunBulukumba.com, Firki Arisandi
TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG BULU - Memiliki seorang kakek Tentara Pembela Tanah Air (PETA), yang mempunyai kedisiplinan dan semangat juang yang tinggi, menjadi cerminan kehidupan AKP Muhammad Muhtar.
Muhtar tidak pernah bercita-cita untuk menjadi seorang polisi, justru ia bercita-cita untuk menjadi seorang tentara, seperti kakeknya.
Kedisiplinan sang kakek, menjadi panutan pria yang lahir di Yogyakarta itu.
Tamat di sekolah menengah atas, Muhtar memutuskan untuk lanjut kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Namun, impiannya untuk kuliah dikampus favorit itu sempat menemui kegagalan.
Namanya tidak ia temukan diantara nama-nama yang lulus diangkatan itu.
Karena tidak bercita-cita menjadi polisi, setahun menganggur, Muhtar kembali mendaftar di UGM, dan disaat bersamaan, Muhtar juga mendaftar di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Yogyakarta.
Takdir baik menghampiri Muhtar kali itu, dirinya lulus dikedua kampus tersebut.
Muhtar pun menjalani rutinitasnya dikedua kampus itu, hingga pada akhirnya memilih untuk fokus di UGM dengan jurusan ilmu hukum.
"Dulu nilai saya di UGM jelek sekali, karena saya lebih senang dengan jurusan komunikasi di UPN, tapi karena orangtua yang melihat perjuangan mendaftar di UGM, akhirnya saya fokus di UGM," tutur Muhtar.
Tamat di UGM, Muhtar sempat mendaftar disalah satu perusahaan sawit di Kalimantan.
Beberapa seleksi sudah ia lalui, hingga tiba pada suatu saat, orangtua Muhtar mendapat berita dari tetangga, mengenai pendaftaran Akademi Kepolisian (Akpol).
"Le (panggilan untuk anak lelaki Jawa), ini ada koran dikasih tetangga, katanya ada pendaftaran kamu mau masuk tidak," tutur Muhtar menirukan kata orangtuanya kala itu.
Karena ingin menghargai orangtua, Muhtar rela melepaskan perusahaan sawit tersebut.
"Saya tidak punya keluarga aparat, dulu saya pikir kalau mau masuk polisi itu harus bayar ini, bayar itulah," tutur Muhtar
"Jadi saya bilang sama orangtua, ini ada desas-desus, bahwa akan dimintai biaya. Namun orangtua bilang waktu itu, kalau ada yang minta uang, tinggalkan, tidak usah lanjutkan," tambahnya.
Memiliki pengalaman ditilang, membuat Muhtar saat itu berpikir negatif dengan aparat kepolisian.
Namun setelah lulus polisi, Muhtar jadi tahu, ternyata masuk polisi tidak dibayar.
Kini, dia pun memahami tugas polisi, khususnya Polisi Lalulintas (Polantas), tidak pernah mengenal waktu dalam bekerja.
"Kalau panas kepanasan, kalau hujan kedinginan. Kemudian kita juga meninggalkan keluarga, tak kenal siang maupun malam," tutur Muhtar.
Polisi yang mirip vocalis Band Ungu, Pasha atau Sigit Pornomo Samsuddin Said yang sekarang jadi Wakil Wali Kota Palu itu, kini menjabat Kepala Satuan Lalulintas (Kasatlantas) Polres Bulukumba.
Kedisiplinan sang kakek dijadikan bekal utama dalam setiap langkahnya.
"Belajar, berlatih, berdoa merupakan tiga hal pembangkit semangat positif saya. Yang terpenting, selalu andalkan Tuhan, karena setiap langkah kita, ada campur tangan Tuhan didalamnya," tutur Muhtar.