Maccera Manurung di Desa Pasang Enrekang, Ritual Musim Tanam dan Panen Raya
Maccera atau penyucian bisa diartikan menyembelih binatang untuk dipersembahkan bagi penguasa alam semesta.
Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Mahyuddin
Laporan Wartawan TribunEnrekang.com Muh Azis Albar
TRIBUNENREKANG.COM, ENREKANG - Menjelang musim tanam tiba, masyarakat Desa Pasang, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang menggelar pesta adat Maccera Manurung.
Desa Pasang sendiri berjarak sekitar 20 Kilometer (Km) dari Kota Enrekang itu, bisa dijangkau menggunakan roda dua ataupun roda empat selama 30 menit.
Ritual adat Maccera Manurung adalah tradisi budaya kuno yang ada di Desa Pasang, Kabupaten Enrekang.
Maccera atau penyucian bisa diartikan menyembelih binatang untuk dipersembahkan bagi penguasa alam semesta.
Sedangkan 'Manurung' dalam terjemahan bebasnya berarti sesuatu yang turun dari kayangan atau suatu yang diturunkan langsung dari Tuhan.
Baca: Ada Ayunan Raksasa di Acara Maccera Manurung Enrekang
Meskipun pemahaman Islam telah menjadi bagian utama masyarakat Enrekang, namun estetika dari tradisi Maccera tetap dilaksanakan atas dasar penghargaan dan penghormatan terhadap leluhur.
Di Desa Pasang tiap tahunnya menggelar Meccera Manurung namun, ritual atau pesta akbarnya hanya dilaksanakan sekali dalam dua tahun.
Waktu pelaksanaannya juga hanya bisa dilakukan pada hari Kamis dan Jumat serta usai panen raya atau menjelang musim tanam.
Tidak diperkenankan menggelar Maccera Manurung pada tiga bulan ini, yaitu saat bulan Ramadhan, Muharram dan Maulid atau rabiul awal.
Dalam pelaksanaan Meccera Manurung, harus melibatkan para tokoh dan pemangku adat setempat dan juga para masyarakat adat.
Menurut salah satu pemangku adat, Parissang (68), pelaksanaan Maccera Manurung sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu yang disalurkan oleh para leluhur secara turun temurun.
Baca: VIDEO: Begini Meriahnya Pesta Adat Maccera Manurung di Desa Pasang Enrekang
Khusus untuk Desa Pasang ada beberapa benda pusaka atau Manurung, yakni tau-tau, la'bo, barang dan gandang.
Benda-benda tersebut merupakan sudah berusia ratusan tahun dan tak pernah dicuci menggunakan air.
Benda Manurung tersebut disimpan di tempat khususnya di atas salah satu gunung, kemudian baru diambil saat akan dimulainya prosesi ritual Maccera Manurung.
Sebelum dimulainya prosesi Maccera Manurung, juga harus dilakukan beberapa rangkaian acara seperti Maddoa', Mappadendang dan tudang sipulung antar pemangku adat.
Serta pemotongan hewan berupa kerbau dengan syarat harus dua ekor, yang terdiri dari satu jantan dan satu betina.
Saat ritual Maccera Manurung di Desa Pasang dimulai seluruh pemangku adat dan kepala desa masuk ke dalam ambu' (tenda). Mereka duduk menegelilingi Manurung (pusaka).
Ritual dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh tokoh masyarakat setempat.
Selanjutnya ritual inti yaitu Massajo (pembacaan pesan moral).
Massajo dilakukan oleh para pemangku adat yang mengenakan sarung dengan cara memegang la'bo (parang) untuk diayun-ayunkan sambil membaca sajo' (pesan moral kepada masyarakat adat) di depan 'Manurung'.
Sajo' yang disampaikan itu adalah merupakan pesan dari para Manurung kepada para pemangku adat.
Baca: Hadiri Pesta Adat Maccera Manurung di Desa Pasang, Ini Pesan Bupati Enrekang
Dalam ritual itu ada tiga pemangku adat yang didaulat membacakan sajo' kepada masyarakat.
Setelah ritual massajo', maka dilanjutkan dengan membaca doa yang dipimpin oleh petua adat bersama seluruh masyarkat adat.
Ritual pesta adat Maccera Manurung dinyatakan berakhir usai dilakukan pembagian Sokko' (makanan tradisional) dan daging kerbau menggunakan daun enau kepada seluruh masyarakat yang hadir.
"Jadi inti sebenarnya dari ritual ini adalah penyampaian pesan-pesan moral dari Tomanurung kepada masyarakat;" kata Parissang kepada TribunEnrekang.com, Sabtu (18/11/2017).
Ia menjelaskan, salah satu pesan yang disampaikan oleh manurung pada Maccera Manurung tersebut adalah Malilu sipakaianga.
"Itu adalah sajo' lateppakka, yang berarti kalau ada yang keliru harus diingatkan dan masyarakat harus tolong menolong dalam kebaikab dan jaga persatuan," ujarnya.
Ia menambahkan, ritual Maccera Manurung adalah tak lain merupakan bentuk doa agar manusia bisa selamat dan sukses serta pekerjaannya berhasil.
Dana dalam perayaan pesta adat tersebut bersumber dari para masyarakat adat baik yang berada di rantau maupun di sekitar wilayah adat.
Tak heran jika seluruh masyarakat adat di perantauan baik yang di luar negeri maupun yang disekitar wilayah adat diwajibkan hadir pada pesta adat tersebut.(*)