Jadi Santri di Usia 58 Tahun, Ini Sosok Kakek Haji Ali. Tak Malu?

Saya juga ingin menginspirasi bagi yang purna tugas (pensiunan) agar mengisi waktu dengan membersihkan hati, seperti halnya saya yang saat dinas mungkin ada sifat uzub dan riya.

Dari belajar agama, kita bisa tahu bagaimana seharusnya kita bersikap dan bertingkahlaku. Mari sepenuhnya kita menyerahkan diri kepada Allah SWT," alasannya.

Baca: Benarkah HUT Sulsel 19 Oktober? Kok Wikipedia Sebut Hari Jadi Sulawesi Selatan 13 Desember?

Baca: Rossa dan Afgan Mau Kawin? Melly Goeslaw Beri Isyarat Mengejutkan, Rossa: Mbak Itu Info Dikontrol

Ali berprinsip, menuntut ilmu tidak ada batasan usia. Sehingga saat pertama mondok ia tidak malu. Bersikap biasa saja. Saat belajar, teman-temannya adalah para remaja usia 14-16 tahun.

"Malah saya tambah semangat menuntut ilmu. Ya, karena mereka yang muda saja bisa, kenapa saya tidak? Ketika santri muda pandai menulis dengan hurup Arab Melayu, saya pun yang selama ini halnya bisa mengikuti dengan huruf latin, bertekad untuk bisa seperti santri muda," ujarnya,

Sebagai santri, ada amalan harian yang ia lakukan. Gurunya menganjurkan untuk bangun tengah malam dan beribadah kemudian baca surah Yasin.

"Selain itu, setiap hari selesai shalat fardhu saya sempatkan menulis kalimat Bismillahirrahmanirrahim dalam bahasa Arab di buku tulis.

Baca: Pengguna HP Wajib Tahu! Kartu Seluler Terancam Diblokir, Aturan Baru Mulai 31 Oktober 2017

Sejak 13 September 2015 sampai sekarang sudah terkumpul sembilan buku yang tertulis 19 ribu lebih kalimat tersebut dan ini terus berlanjut," jelasnya.

Lanjutnya, ribuan kali menulis kalimat yang mengandung doa itu memberikan kenikmatan hati yang tiada nilainya.

Apalagi ketika bangun tengah malam, beribadah kemudian melanjutkan tulisan. Dalam suasana tenang dan nyaman, begitu damai hati ini.(*)