Ini Masalah yang Dihadapi Petani di Desa Lassa-lassa Botlem Gowa
Dia mencontohkan, dalam satu lahan biasanya petani menanam lebih dari 12 jenis tanaman perkebunan.
Penulis: Waode Nurmin | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur Wa Ode Nurmin
TRIBUN-TIMUR.COM, SUNGGUMINASA- Meski memiliki potensi tanaman perkebunan yang menjanjikan, namun para petani di Desa Lassa-lassa Kecamatan Bontolempangan, Gowa tidak bisa menikmati hasilnya.
Hal ini terungkap saat 38 penyuluh yang mengikuti Diklat Dasar Fungsional Penyuluh Pertanian Terampil (Kerjasama) di Balai Besar Penyuluh Pertanian (BBPP) Batangkaluku melakukan praktek kompetensi selama empat hari di desa tersebut.
Salah satu kelompok tani Tombolo Dusun Lassa-lassa, Desa Lassa-lassa, Salahuddin, mengatakan jika tanaman perkebunan di daerahnya sangat cocok jika ditanami kopi.
"Disini memang yang paling cocok itu kopi. Tapi karena petani disini masih sangat awam tentang cara bertanam, jadinya banyak tanaman yang tidak bisa menghasilkan dengan baik," katanya Jumat (13/10/2017).
Dia mencontohkan, dalam satu lahan biasanya petani menanam lebih dari 12 jenis tanaman perkebunan.
Akibatnya tanaman satu dengan tanaman lain saling tumpang tindih.
"Kan mempengaruhi itu tanaman yang tumbuhnya rendah dan tinggi. Biasanya yang kecil tidak cocok jika disampingkan dengan pohon besar. Dan disini petani nya semua begitu. Menanam sembarangan, tidak teratur. Makanya kami sangat bersemangat dan mau belajar cara menanam yang benar," katanya lagi.
Seorang perwakilan penyuluh, Rahman Sutrisno HK menjelaskan dari hasil identifikasi potensi wilayah, ada beberapa kendala yang dihadapi petani.
"Salah satunya pola tanam yang tumpang sari atau tumpang tindih. Berbagai jenis tanaman kehutanan ditanam berdampingan dengan perkebunan. Ada pola tanam mono cultur yang kita ajarkan yaitu satu tanaman di satu lahan. Jadi ada tanaman yang jadi skala prioritas," ujarnya.
Itulah yang kemudian para penyuluh ini mulai memberikan pembelajaran tentang sistem pertanaman, membantu cara mengatur tanaman dan menentukan tanaman apa yang cocok dalam satu lahan, termasuk kopi yang menurut Tri hampir ditemukan disetiap rumah warga.
Dia juga menjelaskan kalau setiap tanaman itu memiliki karakteristik berbeda. Dan itulah yang biasanya membuat satu tanaman perkebunan tidak dapat tumbuh dengan baik akibat ketidakcocokan berdampingan.
Hal yang sama juga dirasakan penyuluh organik di Desa Lassa-lassa, Abdul Asiz.
Dari empat penyuluh, mereka harus berkeliling delapan desa untuk senantiasa memberikan pengetahuan kepada petani yang sudah menjadi mata pencaharian warga.
"Saya akui persoalan para petani belum bisa ditangani secara menyeluruh karena keterbatasan sumber daya. Dengan medan berat dan hanya satu penyuluh. Dan kebiasaan petani kita menanam banyak jenia tanaman dalam satu lahan," katanya.
Dia pun mendorong agar petani kedepannya biaa mengelola usaha tani yang produktif dengan menanam tanaman yang memiliki nilai jual tinggi dengan potensi sumber saya alam yang subur.(*)