Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

7 Fakta Mencengangkan Film G30 S PKI yang Diputar Malam Ini. Nomor 4 Pasti Ingat Deh

Di Makassar, film tersebut akan diputar di Lapangan Apel Kodam XIV Hasanuddin, Jl Urip Sumoharjo.

Editor: Aqsa Riyandi Pananrang
Internet/Tempo
Pristiwa G30S/PKI 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Nonton bareng (nobar) film Penumpasan Penghianatan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) akan berlangsung disejumlah titik di Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (23/09/2017) malam ini.

Baca: Braaaakkk! Xenia Putih Jadi Korban Pelebaran Jalan Botolempangan. Kok Tidak Ada Penanda Yah?

Di Makassar, film tersebut akan diputar di Lapangan Apel Kodam XIV Hasanuddin, Jl Urip Sumoharjo. 

Pemutaran film berdurasi tiga jam itu, digelar oleh Makodam XIV Hasanuddin, pada pukul 19.00 Wita.

Baca: Suami Bertarung, Istri Calon Gubernur Ikutan. Ehh, Istri Calon Wakil Malah Sudah Bikin Begini

Nobar juga berlangsung dibeberapa markas prajurit TNI seperti di Koramil 1408-11/Daya, Bekangdam XIV Jl.Lanto Dg. Pasewang, Rindam Pakatto, Kabupaten Gowa, Pomdam Jl Mongisidi, Kesdam Jl. Jend. Sudirman, Koramil Tamalate.

Koramil Panakkukang, Yonif 700 Raider, Yon Kavaleri Km. 9, Yon Armed di Jl. Mappaoddang, Yon Arhanud Kariango, Maros dan Yon Zipur Jl.Rajawali.

Baca: Jarang Terungkap! Ini Kelakuan Agus AN, Prof Nurdin, Ilham, Saat Muda. Istri Mereka Juga Akrab Lho

Ada beberapa fakta menarik mengenai film yang penayangannya sempat dihentikan beberapa saat jatuhnya pemerintahan Orde Baru (Orba) tersebut. Berikut 7 fakta dan ceritanya:

1. Dibuat 2 Tahun, Biaya Rp 800 Juta

Film G30 S PKI
Film G30 S PKI (Handover)

Membuat film dokudrama tentang cerita pembantaian tujuh jenderal itu tidak mudah. Diproduseri G Dwipayana, film itu dibuat selama sekitar dua tahun.

Baca: Pilgub Sulsel 2018: Drama Cinta Segitiga IYL, NH, RMS (1)

Butuh Rp 800 juta untuk memproduksinya. Uang yang tidak sedikit, terutama di zaman itu. Tapi Soeharto ‘membantu.’

PPFN alias Perum Produksi Film Negara, yang memproduksi film itu, memang bertugas menyensor dan mengontrol perfilman yang beredar di Tanah Air kala itu. Disebut-sebut, G. Dwipayana dari PPFN lah yang sebenarnya mengatur plot Pengkhianatan G30S/PKI.

Baca: Drama Cinta Segitiga IYL, NH, RMS (2): Apa Mahar Golkar-Nasdem? Ichsan Malah Sangsi

Arifin C Noer, suami Jajang C Noer hanya sutradara dan tak terlalu memasukkan ide kreatif. G Dwipayana bukan hanya Ketua PPFN. Ia staf presiden dan anggota militer.

2. Dapat Piala Citra dan Penghargaan FFI

Diproduksi oleh PPFN, Pengkhianatan G30S/PKI menjadi film komersial pertama yang berani bercerita soal peristiwa 1965.

Baca: Cerita Sang Raja Konro Ibu Kota, Pilih Lepas Jabatan Senior Manager Bakrie. Niatnya Bikin Haru

Di tahun rilisnya, film itu dinominasikan memeroleh tujuh penghargaan di Festival Film Indonesia dan membawa pulang satu piala.

Piala Citra kali itu untuk Arifin C. Noer yang diganjar Skenario Terbaik. Setahun setelahnya, pada 1985 film itu masih mendapat penghargaan di FFI, kategori Film Unggulan Terlaris 1984-1985. Hadiah yang dibawa pulang Piala Antemas.

3. Film Terlaris

Film G30 S PKI
Film G30 S PKI (Handover)

Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 dan 2 boleh ditonton jutaan orang dalam waktu singkat. Mengalahkan beberapa film lainnya seperti Laskar Pelangi.

Film yang dibintangi Tora Sudiro, Vino G. Bastian dan Abimana Aryasatya itu menembus enam juta penonton dan jadi film Indonesia terlaris sepanjang masa.

Namun sebelum film-film modern itu, selama bertahun-tahun yang bercokol sebagai film laris Indonesia adalah Pengkhianatan G30S/PKI.

Setidaknya demikian menurut data filmindonesia.or.id dilansir CNN. Hingga 1995, Pengkhianatan G30S/PKI ditonton hampir 700 ribu orang.

Film yang disutradarai Arifin C. Noer ini membuat heboh dengan memecahkan rekor penonton pada 1984. Angka penontonnya tak tergoyahkan oleh film mana pun saat itu, sampai 1995.

4. Wajib Tayang Saban 30 September

Rekonstruksi G30S/PKI
Rekonstruksi G30S/PKI ()

Bukan hanya laris di bioskop, film itu dahulu juga ditayangkan di televisi selama bertahun-tahun setiap 30 September. Para pelajar pun wajib menonton film itu.

5. Berhenti Tayang Setelah Soeharto Turun

Baru pada 1998 setelah Soeharto turun, Menteri Penerangan memutuskan film itu tak lagi ditayangkan.

Karya yang semula berjudul Sejarah Orde Baru itu dianggap merekayasa sejarah selama bertahun-tahun dan mengusung ide pengkultusan Soeharto ke otak para penontonnya.

6. Heboh Tokoh Dibalik Penghentian Film

Sejalan dengan rencana itu, netizen dikejutkan dengan kabar tentang sosok dibalik penghentian pemutaran film ini.

Netizen mengunggah sebuah artikel Historia tentang cerita di balik menghentikan penayangan film Pengkhianatan G 30 S/PKI.

Dalam artikel itu dipaparkan permintaan penghentian tersebut justru berasal dari kalangan TNI sendiri, yakni TNI AU.

Dua mantan KSAU, Laksamana Madya Udara TNI (Purn) Sri Mulyono Herlambang dan Marsekal TNI (Purn) Saleh Basarah disebut tokoh yang mengusulkan penghentian itu.

Alasannya waktu itu adalah film tersebut terlalu memojokkan TNI AU yang dituding terlibat Gerakan 30 September 1965.

Menteri/Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Udara TNI (Purn.) Omar Dhani dipenjara selama 29 tahun karena dituduh terlibat G30S.

Peluang untuk meluruskan sejarah AURI tersebut dikatakan baru bisa dilakukan setelah jatuhnya Soeharto.

Netizen kemudian menkonfirmasi kabar tersebut dengan memention akun Twitter resmi TNI Angkatan Udara. Pertanyaan netizen itu akhirnya terjawab.

Akun @_TNIAU mengatakan bahwa sudah mengetahui informasi tersebut.

Ia juga menyampaikan bahwa pak Omar Dhani adalah pahlawan bagi TNI AU. Kicauan akun Twitter TNI AU itupun mendapat tanggapan dari netizen lainnya.

7. Perintah Panglima TNI

Kodim 1403 Sawerigading menggelar Nonton Bareng (Nobar) film G30S-PKI di pelataran Markas Kodim, Jl Balaikota, Kecamatan Wara, Kota Palopo, Rabu (20/9/2017).
Kodim 1403 Sawerigading menggelar Nonton Bareng (Nobar) film G30S-PKI di pelataran Markas Kodim, Jl Balaikota, Kecamatan Wara, Kota Palopo, Rabu (20/9/2017). (Hamdan Soeharto/tribunpalopo.com)

Ada pihak yang mendukung, tapi ada pihak yang menganggap film itu tak cocok lagi diputar sekarang ini.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo tak mau ambil pusing soal pemutaran film G30S/PKI di lingkungan internal TNI tersebut.

Gatot Nurmantyo memastikan bahwa pemutaran film yang masih kontroversial itu merupakan perintahnya.

Menurut Gatot Nurmantyo, yang bisa menghentikan nobar film G30S/PKI hanyalah pemerintah.

Saat disinggung adanya sejumlah pihak yang menyarankan sebaiknya tidak perlu ada nobar film G30S/PKI, Gatot Nurmantyo menjawab," Emang gue pikirin?!"

Gatot menegaskan, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo telah mengizinkan dirinya untuk memerintahkan personelnya menonton film yang kerap diputar di era orde baru itu.

Panglima TNI mengklaim, nobar film yang masih menjadi polemik itu bertujuan untuk mengingatkan para generasi muda akan kekejaman PKI.

Sebelumnya, Panglima TNI menginstruksikan kepada seluruh jajarannya di daerah untuk mengajak masyarakat menonton bersama film Pengkhianatan G30S/PKI pada 30 September mendatang.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo, menyatakan, stasiun televisi boleh memutar ulang film pengkhianatan G 30 S/PKI.

Menurut Mendagri, tidak ada yang salah dengan pemutarannya. Terlebih, film yang diproduksi pemerintahan Orde Baru itu mencoba menerangkan salah satu perspektif sejarah perjalanan bangsa Indonesia.

“Kalau saya silakan saja diputar di TV. Namanya sejarah, agar masyarakat dan generasi muda mengetahui bahwa pernah ada gerakan kudeta,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (15/9/2017).

Politikus PDIP tersebut mengakui, saat ini ada oknum tak bertanggung jawab yang berupaya membelokkan sikap pemerintah. Ada isu yang menyebutkan bahwa pemerintah melarang pemutaran film itu.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun angkat suara terkait kontroversi pemutaran film ini.

Presiden Joko Widodo menyambut positif rencana digelarnya nobar film G 30 S/PKI yang dicanangkan oleh TNI.

Menurut Jokowi, kegiatan tersebut penting, terutama bagi generasi muda untuk memahami sejarah perjalanan bangsa Indonesia.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved