Walubi Sulsel: Tragedi di Rohingya Tak Dibenarkan dalam Ajaran Budha
Pertemuan itu turut dihadiri perwakilan agama Khonghucu, Hans. Perwakilan agama Kristen, Pdt. Adrie O. Massie dan Kol Purn Nyoman Suartha dari Hindu.
Penulis: Hasan Basri | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan wartawan Tribun Timur Hasan Basri
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR-Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Sulawesi Selatan turut prihatin atas tragedi kemanusiaan terhadap warga muslim Rohingya di Miyanmar.
"Kami sangat prihatin dengan tragedi kemanusiaan di Miyanmar," kata Ketua Walubi Sulsel, Yongris dalam pertemuan perwakilan pemuka agama yang tergabung dalam FKUB Sulsel di Kantor FKUB Jl Rappocini Raya, Makassar, Selasa (5/9/2017).
Pertemuan itu turut dihadiri perwakilan agama Khonghucu, Hans. Perwakilan agama Kristen, Pdt. Adrie O. Massie dan Kol Purn Nyoman Suartha dari Hindu.
Hadir juga Kepala Badan Kesbangpol Sulsel, Asmanto Baso Lewa, serta beberapa tokoh agama dan lembaga lainya.
Para tokoh dan pemuka agama di Sulsel juga sepakat agar kejadian di Rohingya ini tidak mengganggu kerukunan ummat beragama yang selama ini terjalin di Makassar, Sulsel.
"Kita mengimbau kepada Pemerintah aktif menjadi fasilitator atau jadi mediator. Sehingga konflik di Miyanmar selesai," kata Yongris
Yonggri mengaku tindakan kekerasan seperti di Rohingya tidak dibenarkan dalam ajaran agama Budha. Walubi harap masyarakat tetap menjaga kerukunan di Indonesia tetap bagus.
"Jangann sampai masalah diluar menjadi pemicu meretakan kerukunan disin. Kita harus saling berdampingan," tuturnya.(*)