Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ini Bukti Manusia Purba Pernah Hidup di Maros

Beberapa peneliti menyebut Sulawesi seperti mangkok. Semua arus migrasi hewan dan manusia masuk Sulawesi.

Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Suryana Anas
TRIBUN TIMUR/FAHRIZAL SYAM
Griffith University Australia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Arkeologi nasional tengah melakukan penelitian untuk mengungkap keberadaan manusia purba di Maros. 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam

TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Dugaan keberadaan manusia purba yang hidup di Maros puluhan ribu tahun lalu mulai mencuat saat ditemukannya beberapa artefak dan lukisan di dinding gua, di kawasan taman prasejarah Leang-leang, Maros.

Tak hanya itu, adanya temuan beberapa alat yang diduga peninggalan zaman purbakala semakin menguatkan bahwa Maros pernah ditempati oleh ras manusia purba.

Peneliti Balai Arkeologi Sulsel, Budianto Hakim menjelaskan pada 2015 lalu, mereka menemukan bukti alat untuk mengolah binatang, juga perhiasan dari tulang dan batu di sekitar gua di kawasan Leang-leang.

Baca: Menelusuri Jejak Manusia Purba di Maros

"Itu didapat pada lapisan yang sangat berkorelasi dengan lukisan. Di samping itu, kita juga temukan pewarna dari lukisan itu bersama temuan perhiasan," kata pria yang disapa Budi ini.

Menurutnya kerjasama antara Australia dan Indonesia yang saat ini tengah berlangsung ingin menjawab kemungkinan-kemungkinan seperti berapa umur, dan manusia apa yang pernah hidup di Maros.

"Australia dan Indonesia bekerjasama untuk menjawab itu. Sulawesi penting bagi penelitian karena merupakan zona percabangan dari semua migrasi," jelasnya.

Baca: Siapa Pembuat Lukisan di Leang-leang?

Griffith University Australia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Arkeologi nasional tengah melakukan penelitian untuk mengungkap keberadaan manusia purba di Maros.
Griffith University Australia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Arkeologi nasional tengah melakukan penelitian untuk mengungkap keberadaan manusia purba di Maros. (TRIBUN TIMUR/FAHRIZAL SYAM)

Budi mengungkapkan, bahwa beberapa peneliti menyebut Sulawesi seperti mangkok. Semua arus migrasi hewan dan manusia masuk Sulawesi.

"Jadi tujuan penelitian secara keseluruhan bahwa ingin tahu kapan manusia masuk sulawesi dan siapa manusia itu," imbuhnya.

Ia mengatakan, yang menarik dari Sulawesi adalah pada 18 ribu tahun lalu, ketika zaman es, saat terjadi perdangkalan laut. Semua pulau di Indonesia bersatu, tapi Sulawesi tidak karena ada palung yang mengelilingi.

"Inilah keunikan dari Sulawesi sehingga banyak binatang dari Sulawesi yang melewati palung itu dan menjadi endemik. Ada babi rusa, anoa, kuskus, macaca maura. Sulawesi tidak pernah kering karena tidak bersatu dengan pulau lain," sebutnya.

"Sebelum penelitian ini dilangsungkan, ada beberapa pendapat bahwa manusia purba itu hanya di Jawa dan tidak ke mana-mana. Ini yang ingin kita buktikan bahwa manusia purba itu menyebrangi palung, dan beberapa temuan sudah terungkap, kami menemukan lukisan tertua di sini," tegasnya.

Stensil tangan di Sulawesi berusia 39.900 tahun menjadi yang tertua di dunia saat ini.
Stensil tangan di Sulawesi berusia 39.900 tahun menjadi yang tertua di dunia saat ini. (Kompas.com)

Kendati demikian, Budi mengatakan dari temuan tersebut, mereka belum bisa memastikan, namun dari ciri yang kami temukan di lapisan satu, manusia purba di Maros berasal dari ras Mongoloid, lalu di lapisan empat diduga ras astromelanik, homo sapiens.

"Berdasarkan teori, astro ini keluar dari Afrika 100 ribu tahun lalu, dan banyak pendapat ilmuwan bahwa mereka sampai Indonesia 60 ribu tahun yang lalu. Sementara Mongoloid migrasi 4000 tahun lalu, itulah ras asal kita orang Sulawesi," jelasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved